Senin, Oktober 13, 2008

KARIR & KELUARGA


enaknya punya smart phone...bisa bikin konsep tulisan dimanapun
seperti saat tulisan ini dibuat, penulis sedang berada di gerbang 1 kursi 4c-4d Kereta Api Eksekutif Rajawali, perjalanan menjemput Ibunda tercinta (satu-satunya orang tuaku yang masih tersisa, tak khan kusia-siakan waktu dan pikiranku untuk tetap membahagiakan beliau, karena untuk membahagiakan Bapak, waktu yang dimiliki Bapak tidaklah cukup dan tidak sabar menungguku hingga "cukup" materi seperti saat ini) dari Semarang menuju Surabaya tepatnya Gresik.

Mungkin di usia yang hampir menginjak 40 tahun ini semakin memberikan banyak arti, peningkatan kadar kedewasaan, pemahaman hidup dalam berkeluarga dan berinteraksi sosial dengan masyarakat luas, meski masih berkadar kecil pastinya telah terdapat perubahan ke arah positif.

Dan yang membuatku lebih merasa beruntung, manakala 10 tahun yang lalu aku telah sangat berani untuk mengambil suatu keputusan untuk keluar dari area yang kusebut sebagai area semu kebahagiaan materi. Selain telah mendapatkan keluarga yang harmonis, sebagian besar wawasan, pengalaman dan ilmu aku dapatkan ketika secara struktur aku harus berhubungan dengan orang - orang pintar, punya jabatan dan orang - orang yang aku anggap lebih baik dariku. Pemahamanku semakin melebar dan terbuka, aku merasa telah mendapatkan peningkatan kualitas hidup dalam diriku. Meski pada kenyataannya jabatanku yang sekarang tidak memberikan asupan materi yang berlebih jika dibandingkan dengan apabila aku tetap di Tegal untuk tetap menekuni karirku yang lama, yang secara otomatis dapat aku raih dengan relatif mudah, hanya dengan bermodalkan "pintar-pintar" menjalin hubungan, relatif tanpa upaya keras terlebih kemampuan akademik dan manajerial. Namun di satu sisi kalau aku tetap di Tegal, lingkup pergaulanku yang tetap "mikro", tidak tahu dunia luar.

Disini aku dapat banyak ilmu dari yang sekedar mendengar pembicaraan para pejabat - pejabat setingkat provinsi layaknya seperti mendengarkan kuliah atau seminar - seminar atau ceramah - ceramah dan lain-lain.

Belum lagi kalau aku ketemu dengan para praktisi ekonomi dan dunia usaha, para pengusaha dan pedagang besar juga industriawan yang tentunya materi yang dibicarakan lebih membumi, tentunya juga disisipi intrik, tipu muslihat serta poloitik pedagang, justru dengan begitu lebih memberikan pelajaran yang sangat berarti bagiku yang tidak pernah aku peroleh di bangku kuliah apalagi di duniaku sebelumnya.

Mikro, diciptakan memang untuk kalangan kecil, mind set dan "pelayan" nya pun harus menyesuaikan agar tetap dapat exist.

Mikro, merupakan "rumah sakit bersalin" yang telah melahirkanku, kemudian tumbuh dan besar di ritel dan menengah.

Jauh sebelum disini, tatkala masih di mikro dulu, aku sudah merasa tidak cocok. Aku yang "kecil" ini akan merasa dan menjadi lebih kecil lagi apabila tetap tinggal disana.

Terima kasih Allah, Engkau telah memberikanku banyak, sebanyak yang aku pinta dan sebanyak yang aku harapkan.

Kalaupun Engkau belum atau tidak mengabulkan permintaan - permintaanku, mungkin permintaan - permintaanku itu serasa tidak masuk akal manusia dan cenderung berlebih, Engkaulah Yang Maha Tahu ya Allah.

Mungkin aku sosok yang tidak pernah merasa puas dan cepat bosan di satu jabatan, namun karena keterbatsanku yang mengharuskanku untuk tetap memperhatikan keluarga yang menjadi tanggung jawabku, sehingga menjadikanku tidak leluasa di dalam "bermanuver" atas karirku dengan mengikuti up grade atau job opening yang berkonsekuensi "mahal" untuk keluargaku. Dampaknya timbul penyakit psikologis atas diriku yang merasa tidak puas sehingga menjadikanku sosok yang agresif untuk melakukan "pemberontakan - pemberontakan" kecil.

Pengertian "yang dituakan" bagiku harus melebihi segalanya dalam hal ilmu dan pengalaman serta cara berpikir yang seharusnya jauh lebih matang, bukan sebaliknya. Ironisnya manakala pengertianku tidak sesuai, aku menjadi sosok yang naif, yang keminter bahkan "kemlinthi".

Entah benar atau tidak kata orang tentang keberhasilan karir yang berbanding lurus dengan keberhasilan di dalam kehidupan berkeluarga. Sama-sama terpenuhi keduanya. Dapat pula diraih secara bersamaan.

Butuh "materi" yang banyak untuk "mengkawinkan" kedua keberhasilan tersebut. Untuk ukuran manusia sepertiku rasanya kesulitan yang telah nampak di depan mata.

Pilihannya karir atau keluarga?

Bagaimanapun aku harus tetap berterima kasih kepada Allah yang telah memberikanku kehidupan materi yang "cukup", keluarga yang bahagia dengan istri wanita karir yang cantik, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan.... "lengkap" (untuk menggantikan kata sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah semata).

Juga kepada orang-orang pendahuluku, yang dituakan daripadaku, karena mereka adalah orang - orang yang selalu aku hormati......... (terkadang kalau tidak keduluan sama lupa).

Tidak ada komentar: