Selasa, Desember 30, 2008

Empat tahun silam ketika ada sedikit rejeki, kami mencoba untuk berinvestasi dengan membeli sebuah rumah mungil di pinggiran kota tempat tinggal kami. Harapan kami saat itu dengan membeli rumah di lingkungan menengah bawah, uang yang kami miliki akan berkembang lebih cepat melebihi kecepatan inflasi dan bunga deposito.

Sengaja rumah tidak kami kontrakkan dengan beberapa pertimbangan yang salah satunya adalah takut uang hasil kontrakkan tidak mampu menutup kerusakkan yang akan ditimbulkan. Serta apabila akan kami jual kembali rumah masih terlihat baru meski telah berselang beberapa tahun, karena meteran PLN maupun PDAM masih menunjukkan angka “NOL”. Pasti para calon pembeli lebih tertarik dan beranggapan bahwa membeli rumah bekas tapi masih “perawan”. Apalagi pemilihan lokasi sangat tepat, yaitu berada di depan play ground dan tidak jauh dengan jalan utama komplek perumahan.

Namun kami harus kecewa, karena harga tidak terapresiasi sesuai dengan harapan meskipun banyak kelebihan yang kami tawarkan. Hal ini kami jadikan sebagai pelajaran dan semakin bertekad bulat untuk menjual rumah tersebut meskipun tidak “untung”. Kami lupa bahwa daya beli di sana memang sangat terpengaruh oleh kondisi perekonomian belakang ini.

Pesan orang tua tetap kami jalankan, rumah dijual harus tergantikan dengan rumah, jangan sampai hilang tak berbekas. Artinya menjual rumah jangan dipakai untuk kebutuhan konsumtif seperti misalnya merenovasi rumah utama dan membeli mobil atau meng up grade mobil lama menjadi mobil baru.


Rasanya semuanya serba kebetulan, pada saat kami sedang mengincar satu komplek perumahan di tengah kota dengan system cluster atau one gate, rumah mungil tadi laku terjual setelah enam bulan mengalami pasang surut penawaran.

Karena pergerakan suku bunga perbankan dan nilai tukar rupiah masih belum stabil, dan suku bunga perbankan tidak mungkin sampai sebesar nol persen seperti di negeri Sakura, maka kami beranggapan bahwa berinvestasi di bidang property masih relative aman dan menjanjikan. Terlebih yang akan kami bidik adalah perumahan menengah atas untuk ukuran kota satelit tempat kami tinggal.

Entah ini juga kebetulan lagi atau tidak. Belum selesai proses pembangunan rumah yang kami pesan datang seorang kawan sekaligus pejabat di kantor tempat kami bertugas yang membutuhkan kontrakkan rumah. Seperti gayung bersambut, kami relakan rumah baru kami untuk ditempati oleh orang lain meskipun semua detail rancangan merupakan hasil dari pemikiran kami. Kesangsian terhadap “nasib” rumah kami apabila dikontrak tertebus karena “kontraktor” adalah perusahaan tempat kami bertugas sedangkan penghuni adalah pejabat middle management. Jelasnya “nasib” rumah kami kelak relative dapat dipertanggung jawabkan oleh pihak “kontraktor” bahkan mungkin akan menjadi kontrakkan abadi perusahaan tempat kami bertugas.

Alkhamdulillah, rumah tersebut telah mampu mengangsur kewajiban KPR sampai dengan satu tahun ke depan, jadi kami tidak usah repot – repot memikirkan angsuran KPR untuk masa tersebut.
Kabar gembira yang lain kami peroleh dari pihak developer bahwa rumah sejenis nilainya telah terapresiasi dibandingkan nilai pada saat kami deal harga dengan pihak developer saat itu.

MENYALIP di TIKUNGAN



Dapatkah kita menyalip di tikungan ketika “para pembalap handal” sedang mengalami KO (Knock Out) terkena dampak krisis global.

Permodalan bangsa Indonesia, dapat dikatakan lebih dari cukup, ketersediaan alam yang melimpah dari kayu, pertanian, perikanan hingga hasil tambang, jumlah penduduk yang banyak merupakan pengganti pasar ekspor tradisional dan juga sebagai support sumber daya manusia yang handal, terlebih banyak tenaga ahli tehnik atau insinyur Indonesia yang bekerja di luar negeri, mumpung disana sedang PHK besar – besaran alangkah baiknya “mengupayakan” mereka untuk rela pulang dan berjuang demi bangsa dan negara.

MALES



Lagi males ngapa - ngapain, ya males, males blogging, males posting, males browsing, pasti ada sebabnya, kurang lebih penyebabnya ya perasaan yang lagi gak enak, lagi neq, ilfil kata ABG, rasanya semua masalah tumplek bleg di sini, yang atasan maunya keragaan perfect (mana ada atasan yang pengin kinerja jelek? ada gak sich?). Ditambah lagi blog yang ngadat, gak mau diisi posting, nggak mau mosting, ach sebel..... bel.... bel..... bel!!!

Senin, Desember 08, 2008

TORON





TORON :mudik lebaran haji bagi komunitas Madura di tanah rantau


Idul Adha 1429 H kali ini diawali dengan libur akhir pekan sehingga terasa long weekend. Bagi masyarakat yang tinggal di Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan dan Pasuruan tentunya sudah tidak merasa asing lagi, ketika Lebaran Haji begitu sebagian orang menyebutnya dan TORON begitu sebutan bagi komunitas Madura dalam memperingati hari raya Idul Adha di tanah leluhurnya di pulau Madura.

Sebagian dari mereka sejak Jum’at sore telah meninggalkan rutinitas dan bersama – sama dengan sanak famili melakukan mudik pulang ke kampung halaman di pulau Madura, ada yang pulang ke Bangkalan, Sampang, Pamekasan hingga ke Sumenep. Kerumunan kendaraan roda empat dan roda dua bahkan transportasi umum seperti bus memadati pelabuhan penyeberangan di Dermaga Ujung Tanjung Perak Surabaya, untuk antri menanti kapal ferry yang hendak mengantarkan mereka ke kota – kota tujuan di Madura.

Toron atau mudik pulang kampung di saat hari raya Idul Adha mempunyai arti tersendiri bagi komunitas Madura di tanah rantau. Mereka merayakannya dengan menyembelih hewan qurban seperti kambing dan sapi bersama – sama dengan sanak famili di kampung halaman dan tanah leluhurnnya. Kebersamaan dengan keluarga besarnya membuktikan bahwa diantara mereka masih memegang teguh tali silaturahmi meskipun mereka lama di tanah rantau tetapi mereka tidak pernah melupakan sanak famili dan tanah leluhurnya.

Sementara dengan adanya Toron, Surabaya dan daerah penyangganya seperti Gresik, Sidoarjo dan Pasuruan terasa sepi masyarakat sedikit kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari karena sebagian besar pengusaha makanan, pedagang pasar, pedagang sayur dan pedagang atau pengusaha lainnya merupakan orang – orang Madura telah mudik ke kampung halamannya. Betapa hal ini merupakan bukti bahwa komunitas orang Madura yang dikenal sebagai komunitas pekerja keras dan ulet menguasai sendi – sendi perekonomian di Surabaya dan sekitarnya.

Semoga Toron di tahun depan tentunya lebih lancar dan tidak perlu lagi antri berdesak – desakkan menanti kapal ferry yang hendak menyeberangkan mereka ke pulau Madura karena telah selesai dan dioperasionalkannya jembatan Suramadu pada bulan Mei 2009 nanti.

KHOTBAH IDUL ADHA





Hari ini ummat Islam di seluruh penjuru dunia merayakan hari raya Idul Adha 1429 H yang juga disebut dengan hari raya Haji ada juga yang menyebutnya sebagai hari raya Qurban.

Maka pagi hari tadi kaum Muslimin berbondong – bondong ke Masjid untuk menunaikan sholat Idul Adha.

Seperti biasa setelah takbir dan sholat dilanjutkan dengan khotbah.
Selain berisikan tentang kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, khotbah Idul Adha kali ini terkandung makna yang lebih membumi terutama bagi kami sekeluarga yang isinya kurang lebih demikian :

“Doa yang baik dari orang tua kepada anaknya sulit dikabulkan oleh Allah SWT, sebaliknya doa yang jelek dari orang tua kepada anaknya InsyaAllah cepat dikabulkan oleh Allah SWT”
dan
“Doa yang baik dari anak kepada orang tuanya InsyaAllah cepat dikabulkan oleh Allah SWT, sebaliknya doa yang jelek dari anak kepada orang tuanya sulit dikabulkan oleh Allah SWT”

Makna yang terkandung di dalamnya adalah sudah menjadi kewajiban orang tua harus selalu menjaga, merawat, memelihara dan memberikan yang terbaik bagi anak – anaknya tanpa pamrih dan imbalan.
Sedangkan bagi anak – anaknya terkandung maksud bahwa sudah menjadi kewajiban anak untuk berbakti dan membalas budi orang tua serta mendoakannya.

Mengapa doa yang baik dari orang tua kepada anaknya sulit terkabulkan, karena dikuatirkan orang tua akan menuntut, mempunyai pamrih dan meminta imbalan kepada anaknya kelak.

Demikian halnya mengapa doa yang jelek dari anak kepada orang tuanya sulit terkabulkan, karena dikuatirkan anak akan bersikap dan bertingkah laku kurang ajar serta berani kepada kedua orang tuanya.

Khotbah sholat Idul adha 1429 H kali ini cukup memberikan arti bagi kami sekeluarga untuk selalu mengingatnya dan mengamalkannya di dalam kehidupan sehari – hari.

Amin ya robbalalamin………

Minggu, Desember 07, 2008

YIN & YANG


image : www.flickr.com

Kesehatan jasmani dan rohani serta stamina yang baik merupakan modal terpenting untuk melangkah ke masa depan yang lebih baik.

Karena jika Anda kehilangan uang, Anda hanya kehilangan sebagian.
Bila Anda kehilangan ketenangan (cemas, stress bahkan depresi), Anda kehilangan banyak.
Dan jika Anda kehilangan kesehatan, maka Anda akan kehilangan segala – galanya.

Kehidupan harus ada keseimbangan, Yin dan Yang.

WIRA USAHA (1)



image : koleksi pribadi


Tepat tanggal 21 April 2008 yang lalu, kami mencoba membuka usaha kecil –kecilan, usaha sampingan. Diawali dengan susahnya mencarikan persewaan baju adat untuk anak terbesar yang pada saat itu masih duduk di bangku Taman Kanak – kanak, waktunya berbarengan dengan sekolah – sekolah yang lain sehingga selalu kehabisan sehingga kami harus membelinya di pasar Blauran Surabaya. Iseng, sang pendamping hidup melempar satu ide bagaimana kalau membeli banyak dan membuka usaha persewaan baju adat bagi anak – anak kecil, toch investasi hanya sekali dan pemakaian dapat berkali – kali.

Survey pelanggan untuk mengetahui harga tertinggi dan terendah persewaan dan seberapa besar pangsa konsumen telah tergantikan pada saat kami mencari persewaan baju adat untuk anak kami ke beberapa out let, salon, usaha persewaan baju di seluruh kota tempat tinggal kami. Tekad sudah bulat, keesokan harinya segera kami realisasikan ide tersebut. Bersama dengan istri berangkat ke pasar Blauran Surabaya yang terkenal murah dan grosir untuk pakaian adat untuk anak – anak. Kami berbagi tugas, istri menentukan jenis - jenis baju adat yang akan dibeli beserta pernik – perniknya dari anting, gelang, topi, sepatu hingga selop kemudian dicatat dalam suatu buku kecil. Sedangkan saya membuat brosur, pamphlet dan kartu nama yang akan kami sebarkan ke rumah – rumah, playgroup – playgroup dan taman kanak – kanak yang berada di sekitar komplek perumahan tempat tinggal kami. Serta memesan dan mengedit spanduk/banner untuk di pasang di pagar depan rumah kami.

Di hari yang lain saya mengantar istri naik sepeda motor keliling komplek perumahan untuk menyebarkan brosur, pamphlet dan kartu nama. Banyak telepon yang masuk dari hasil penyebaran brosur, pamphlet dan kartu nama tersebut, tidak sampai dua hari semua baju adat yang kami beli di pasar Blauran Surabaya ludes di sewa para orang tua untuk anak – anaknya.
Ada yang lupa, usaha ini juga dibantu oleh Ibunda kami tercinta, sembari menjaga rumah dan cucu juga dapat memberikan kesibukan kepada Beliau terutama pada saat para penyewa datang di waktu pagi dan siang hari, Beliau mengambil alih pelayanan, maklum saja karena kami berdua sama – sama orang kantoran.

Moment yang pas karena berbarengan dengan peringatan hari Kartini kala itu. Kemudian terulang kembali pada saat bulan Agustus, dimana sekolah – sekolah banyak mengadakan acara – acara yang berbau rasa nasionalisme dengan mewajibkan para muridnya untuk mengenakan baju adapt pada hari yang telah ditentukan, terutama untuk pra sekolah dan taman kanak – kanak serta beberapa sekolah dasar.

Balik modal? Alkhamdulillah kurang separoh dari modal yang kami keluarkan untuk membuka usaha tersebut balik modal. Kalau ritme ini berlangsung sama di tahun 2009 nanti InsyaAllah modal kami yang tidak lebih dari Rp 3 juta telah kembali 100% dan baju – baju tersebut masih utuh dan masih nampak bagus serta masih layak disewakan kembali untuk 4 sampai dengan 5 musim ke depan.

Kalau mau lebih professional, usaha ini dapat dikembangkan menjadi persewaan baju adat istiadat untuk remaja dan dewasa serta baju pengantin serta tata rias pengantin dan salon kecantikan.

Cita – cita selalu ada, terlebih anak perempuan kami ada bakat untuk itu.

BANGKITLAH BANGSAKU


image : www.writtenbyhim.wordpress.com

Kelaparan akan segera menghinggapi negeri paman sam, kupon dan voucher makan gratis telah dibagikan kepada penduduknya yang entah berapa ribu atau juta yang telah mengalami pemutusan hubungan kerja, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusia saja mereka sudah tidak bisa lagi. 


Dengan tumbangnya kekuatan ekonomi dunia yang selama ini berkiblat kepada negara adidaya Amerika Serikat, dan setahap demi setahap pergeseran kekuatan ekonomi “kembali” ke arah timur yang dikomandani oleh China, India, Jepang, Korea Selatan, Malaysia serta Singapura. Kembalinya kekuatan timur seperti mengingatkan kita kepada zaman kebesaran dinasti – dinasti dan kekaisaran – kekaisaran China di abad silam. Kekuatan tentara perangnya membuka jalan untuk melakukan asimiliasi kebudayaan, sosial, ekonomi dan sains dengan penduduk “terjajah”. Demikian pula dengan “kegemaran” bangsa Arab dalam berperang menaklukkan bangsa – bangsa hingga ke Eropa kala itu. Kekuatan Asia sebentar lagi akan teraih kembali oleh sang empunya kebudayaan yang tinggi, kebudayaan Asia, diakui atau tidak budaya Asia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan budaya Barat. 

Begitu tingginya kebudayaan di Asia sehingga sebagian besar agama dan kepercayaan timbulnya di benua Asia, bukan Eropa apalagi Amerika (sebut saja negara Barat). Semua tatanan dan aturan kehidupan yang terkait dengan “habluminanas” terlebih dengan “habluminallah” tercatat rapi dalam setiap langkah kehidupan manusia di Asia. 

Pintarnya orang Barat kala itu, mereka mengadopsi dan memodifikasi semua ilmu yang terlebih dahulu ditemukan dan dipelajari oleh orang Asia. Mereka plagiat yang kreatif, hasil keilmuannya dipergunakan untuk “mengerjai” dengan cara menjajah, menghisap darah demi keuntungan bangsanya, nyaris tanpa rasa belas kasihan dan perikemanusiaan. Berapa banyak negara – negara di kawasan Arab, Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Pasifik yang tunduk dan bertekuk lutut dengan para penjajah dari negara – negara Barat termasuk juga negara kita Indonesia , bahkan hingga saat ini secara ekonomi.

Kebangkitan Asia yang dipelopori oleh China dan India, semestinya dapat dijadikan contoh dan bahan bakar agar semangat kebangsaan kita tersulut kemudian terbakar sehingga dapat mengikuti jejak mereka dalam berubah untuk menjadi leader bukan lagi follower, berubah menjadi negara produsen bukan negara konsumen, menjadi bangsa yang mandiri yang didahului dengan sikap mau bekerja keras serta menghargai karya bangsa sendiri dengan mencintai produk dalam negeri agar devisa tidak lagi keluar secara deras demi menebus produk import yang belum tentu lebih bagus, hanya karena kita terbuai oleh manisnya bujuk rayu iklan yang menjadi pembungkusnya. 

Negeri kita kaya raya semuanya tersedia dari a sampai z, bangsa kita juga tidak bego – bego banget, hanya saja selama ini kita dibodohi oleh bangsa lain melalui “anthek – anthek” nya yaitu sesama bangsa kita sendiri yang bertopeng menjadi aparatur negara boneka Barat.

Percaya atau tidak bahwa bangsa kita bukan bangsa yang cengeng dan tidak kreatif serta bodoh seperti yang didengung – dengungkan oleh media Barat selama ini, ini hanyalah propaganda barat agar kita tetap saja minder, tidak percaya diri dan tidak mandiri. Berapa banyak pemuda – pemudi kita yang menyabet kompetisi – kompetisi sains yang diadakan barat, berapa banyak orang – orang pintar kita yang bekerja di negara – negara barat. Di daerah, berapa banyak tehnisi – tehnisi kita yang tidak pernah berbekal sekolah tinggi bahkan banyak yang berawal dari otodidak, yang dengan piawai dapat “mengakali” mesin – mesin kendaraan maupun mesin – mesin pabrik buatan luar negeri agar mesin – mesin itu tetap dapat hidup tanpa harus memakai spare part asli negara asal, tidak kalah dengan para insinyur – insinyur pembuatnya di negara asal.

Bisa tidak kita melakukan tindakan revolusi untuk tidak berhutang lagi kepada luar negeri, memakai produk sendiri, hanya mengimport seperlunya, semua bahan baku telah tersedia di sini, mau buat mobil, sepeda motor, nyedot minyak, ekploitasi tambang, pemberdayaan hutan, kembali menjadi negara agraris maritim, tenaga ahlinya sudah banyak tersedia. Apa susahnya?

Susahnya, kalau Indonesia menjadi negara yang mandiri banyak negara lain yang susah itulah penyebabnya sehingga bangsa lain berupaya secara optimal agar kita tetap menjadi follower, konsumen dan selalu bergantung.  

Mari ber-Revolusi……..

Minggu, November 09, 2008

menghijaukan kota dengan pepohonan


dimuat di koran surya tgl 10 nop 2008, sebagai penikmat pepohonan perkotaan
gambar :www.tabloid-wanita-indonesia.com


Mumpung musim penghujan akan segera datang, mari bersama – sama melakukan penanaman tanaman. Tanaman apapun, sehingga mampu memberi warna hijau, segar dan warna natural yang indah dipandang mata. Toch di negeri kita ini dikaruniai alam nan indah bermanfaat, tanah yang subur sehingga tidaklah terlalu sulit untuk melakukan aktivitas bercocok tanam. Idealnya jangan sampai sejenggalpun tanah tersisa tanpa tanaman. Tanaman ikut menyeimbangkan udara dari polusi udara kota – kota besar. Tanaman mampu menjadi paru – paru.

Tidaklah berlebihan apabila kota sebesar Surabaya dan kota – kota penopang sekitarnya seperti Sidoarjo dan Gresik, yang notabene di kedua kota tersebut banyak bermunculan pabrik yang berpotensi mengakibatkan timbulnya polusi udara, dilakukan gerakan penanaman pohon yang disertai dengan langkah – langkah pemeliharaan supaya pohon yang telah susah payah ditanam dapat terpelihara dan tumbuh subur serta besar, yang pada gilirannya nanti dapat memberikan sirkulasi udara dari pengabnya kehidupan kota Surabaya dan sekitarnya serta mampu mencegah timbulnya bencana banjir.

Beberapa area nampak teduh oleh lindungan pohon – pohon besar yang banyak tumbuh seperti di jalan Walikota Mustajab dan sekitarnya,di sepanjang jalan raya Darmo, di sekitar alun – alun kota Sidoarjo serta di jalan AR Hakim & alun – alun Gresik. Sejauh mata memandang hijau yang terbentang, teduh melindungi para pengendara sepeda motor dan pengguna jalan lainnya yang melintas di area tersebut.

Pohon – pohon besar tersebut juga berfungsi sebagai resapan air, agar air hujan yang jatuh ke bumi tidak langsung masuk ke selokan mengalir ke sungai dan akhirnya ke laut, namun air hujan yang jatuh ke bumi dapat diserap pohon – pohon besar untuk persediaan manakala musim kemarau tiba agar sumur - sumur tidak kekeringan. Supaya warga kota tidak memperdalam sumur – sumur mereka yang dalam waktu lama dapat mengakibatkan turunnya permukaan daratan dibandingkan dengan permukaan laut. Sehingga mampu membantu mengurangi ekploitasi air secara besar – besaran.

Sayangnya pohon – pohon yang indah tersebut telah banyak disakiti oleh segelintir manusia baik yang secara sengaja maupun tidak, dengan melakukan perusakan – perusakan, seperti menempel sesuatu dengan paku, mencoret – coret, memasang selebaran dan pamphlet dll. Yang dapat berakibat merusak keindahan kota. Pohon yang sudah bagus nampak jelek dengan tempelan – tempelan yang sama sekali tidak bermanfaat tersebut.

Padahal dengan banyak tumbuhnya pohon – pohon besar dan tanaman – tanaman di beberapa taman kota baik di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik ditujukan untuk menciptakan kota yang indah, segar, sehat dan natural sebagai penyeimbang hutan – hutan beton dan asap – asap pabrik serta kendaraan bermotor yang banyak melintas yang populasinya dari hari ke hari kian bertambah saja.

Sebetulnya masyarakat telah mengetahui manfaat dari penghijauan yang dilakukan oleh pemerintah. Entah mengapa sebagian dari mereka tetap saja melakukan hal – hal yang tidak terpuji, melanggar etika umum dan dapat merugikan kepentingan umum. Seyogyanya hal – hal positif yang telah dilakukan oleh pemerintah seperti menghijaukan perkotaan dapat didukung dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa. Bukankah kita merasa senang, bangga dan menikmati, manakala kota kita nampak hijau , segar, sehat dan natural.

Marilah bersama – sama, mumpung musim penghujan akan tiba, kita dapat melakukan penanaman apapun yang dapat ditanam di lahan – lahan kosong tempat kita tinggal, agar kelak apabila musim kemarau tiba kita tidak terlalu kepanasan dan kegerahan seperti musim kemarau beberapa hari yang lalu, dimana suhu udara mampu menembus 35 – 36 derajat celcius bahkan di beberapa tempat dapat lebih. Sangat panas dan gerah. Marilah kita belajar dari pengalaman yang telah memberi banyak manfaat bagi kita agar kita dapat belajar untuk kehidupan di masa yang akan datang. Serta semoga dapat bermanfaat bagi anak cucu kita kelak. Amin

Sabtu, November 08, 2008

SINAR CAHAYA AYAT KURSI

Dalam sebuah hadis, ada menyebut perihal seekor syaitan yang duduk di atas pintu rumah. Tugasnya ialah untuk menanam keraguan dihati suami terhadap kesetiaan isteri di rumah dan keraguan di hati isteri terhadap kejujuran suami di luar rumah. Sebab itulah Rasulullah tidak akan masuk rumah sehingga Baginda mendengar jawaban salam dari isterinya. Di saat itu syaitan akan lari bersama-sama dengan salam itu.

Hikmat Ayat Al-Kursi mengikut Hadis-hadis:

1) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi bila berbaring di tempat tidurnya, Allah SWT mewakilkan dua orang Malaikat memeliharanya hingga subuh.

2) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir setiap sembahyang Fardhu, dia akan berada dalam lindungan Allah SWT hingga sembahyang yang lain.

3) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sembahyang, dia akan masuk syurga dan barang siapa membacanya ketika hendak tidur, Allah SWT akan memelihara rumahnya dan rumah-rumah disekitarnya.

4) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap-tiap shalat fardhu, Allah SWT menganugerahkan dia setiap hati orang yang bersyukur, setiap perbuatan orang yang benar, pahala nabi2, serta Allah melimpahkan rahmat padanya.

5) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah SWT mengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya - mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.

6) Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir sembahyang, Allah SWT akan mengendalikan pengambilan rohnya dan dia adalah seperti orang yang berperang bersama Nabi Allah sehingga mati syahid.

7) Barang siapa yang membaca ayat Al-Kursi ketika dalam kesempitan niscaya Allah SWT berkenan memberi pertolongan kepadanya.

Dari Abdullah bin 'Amr r.a., Rasulullah S.A.W. bersabda, "Sampaikanlah pesanku biarpun satu ayat..."
"Utamakan SELAMAT dan SEHAT untuk Dunia-mu, utamakan SHOLAT dan ZAKAT untuk Akhirat-mu"

Subhanallah. ..


Sumber : millist wongrembang// kota-rembang@yahoogroups.com
Gambar: www.malaysiangift.citymax.com




    

Jumat, November 07, 2008

YANG TURUN CUMA PREMIUM



Alkhamdulillah salah satu komponen Bahan Bakar Minyak atau yang lebih populer disebut BBM, yaitu premium turun sebesar lima ratus rupiah.

Mungkin Jaya Suprana harus bersiap memasukkannya dalam rekor MURI-nya.
Belum pernah terjadi khan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia setelah kemerdekaan.
Sayangnya kita masih harus bersabar, soalnya masih nunggu beberapa saat sampai dengan tanggal 1 Desember 2008. Itupun dengan catatan tidak terdapat lonjakan harga minyak dunia secara drastis.

Turun lima ratus rupiah per liter premium sebetulnya kurang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Mengapa hanya premium yang turun.
Padahal untuk mengangkut sayuran, bahan – bahan makanan, lalu lintas perdagangan antar kota dan antar pulau mempergunakan sarana kendaraan yang berbahan bakar solar bukan premium.
Artinya dengan turunnya premium tidak banyak berpengaruh terhadap turunannya.
Lain persoalan apabila harga solar ikut turun. Turunannya banyak, dari mulai dari kendaraan pengangkut sayuran, transportasi perdagangan antar kota dan pulau, nelayan dengan perahu jukungnya, petani dengan mesin diesel-traktor/bajak bermesin, tukang slep padi dengan mesin huller nya. Kalau beban biaya untuk berproduksi atau menghasilkan barang dagangan berkurang tentu harga jualnya lebih murah sehingga dapat menghidupkan kembali roda perekonomian tingkat bawah.

Sederhana saja, dulu alasan kenaikan harga BBM karena harga minyak mentah dunia meningkat. Demikian pula sebaliknya manakala harga minyak mentah dunia turun seharusnya BBM dalam negeri ikut turun.

Wis ga ada tapi – tapian, ga ada analisa – analisaan yang njlimet yang bikin masyarakat kecil tambah mumet.
Wong masyarakat kelas bawah tahunya begitu titik.

gambar : www.indienesia.wordpress.com

Kamis, November 06, 2008

PERNIKAHAN DINI



Menyikapi perkawinan Syekh Puji dengan Ulfa, rasanya terlalu mencampuri urusan pribadi orang, sepertinya kurang kerjaan saja. Lucu, sepertinya mempopularitaskan diri kembali dengan mendompleng ketenaran orang.
Kalau memang mau mempermasalahkan, banyak tuch kasus – kasus pernikahan dini di daerah – daerah kantong – kantong kemiskinan di negeri ini. Sebut saja seperti di daerah kabupaten Indramayu, berapa banyak kasus pernikahan dini di sana. Ironisnya bahwa Indramayu sangat dekat dengan Jakarta dibandingkan dengan Bedono kabupaten Semarang. Dan belum pernah terdengar dan dimuat secara gencar di media massa seheboh seperti kasus Syech Puji dengan Ulfa.

Apalagi diantara keduanya sudah saling mencintai. Kedua orang tuanya juga merestui, terdapat saksi, sah secara hukum Islam.
Kalau memang dianggap tidak sah dan merugikan pihak perempuan, mengapa hanya kasus Syech Puji dengan Ulfa saja yang beritanya hangat dan dimuat di halaman muka beberapa media cetak.

Lalu mengapa juga terdapat klausula pengabsahan yang bunyinya menyebutkan “berlaku sah bagi yang belum berusia 18 tahun tetapi sudah pernah menikah”
berarti pernikahan dibawah umur diperkenankan dong!

Tidak ada manfaatnya meributkan hal yang sepertinya tidak perlu untuk dibicarakan di tempat umum.
Buang – buang tenaga, waktu dan pikiran.
Buang – buang tempat halaman di media cetak, merugikan pelanggan.
Yang kreatif dikit dong………kaya posting di blog gitu..... :)

Neq………





gambar : www.ziebem2.multiply.com


Rabu, Oktober 29, 2008

HARI INI DI MERCURE MIRAMA HOTEL SURABAYA



Tiap kali mengikuti pelatihan, seminar atau apapun namanya yang penyelenggaranya pihak di luar perusahaan tempat saya bekerja atau lembaga yang main business-nya motivator.

Entah mengapa, kami (karena lebih dari satu, dua dan tiga account officer) sudah skeptis dulu.


Cenderung lebih hati - hati sehingga terkesan seperti gampang dan mudah skeptis barangkali secara otomatis ini adalah hasil didikan di tempat kami bekerja saat ini, untuk tetap skeptis terhadap seseorang, satu kelompok usaha atau siapapun yang nyata - nyata belum terbukti kejujurannya (new comers/customers).


Seperti tadi pagi dan acara - acara serupa yang pernah kami hadiri sebelumnya. Kami bukan melihat dari materi dan cara penyampaian sang motivator dalam memberikan tehnik - tehnik menjual yang "jitu".

Tetapi kami lebih melihat tentang apa - apa yang melatarbelakangi sang motivator, seberapa tinggi value yang diberikan dan berpengaruh kepada kami. Karena nyata - nyata menurut kami bahwa semuanya yang disampaikan, ternyata pernah kami lakukan dan rasakan. Lantas value yang mana lagi agar kami tetap jenak untuk meneruskan mengikuti acara hingga usai.


Atau barangkali kami, para account officer "tua" (karena generasi account officer pendatang rata - rata berselisih usia 10 tahunan lebih muda daripada kami), terlalu naif, sombong dan telah susah menerima masukan atau hal - hal yang menurut orang kebanyakan dianggap baik dan bagus.


Atau barangkali mind set kami yang keliru dan harus dirubah karena menurut kami bahwa motivasi sebagus apapun tanpa disertai reward yang bagus dapat diibaratkan seperti "tong kosong berbunyi nyaring".


Tapi rasanya tidak juga, sebab diantara peserta terdapat beberapa yang hadir hanya untuk memenuhi kewajiban tugas profesinya karena keesokan harinya mereka wajib membuat laporan kepada atasan/perusahaannya.


Nach lo........

Selasa, Oktober 28, 2008

US $ MASIH SAJA SOMBONG



foto:www.talkcyprus.org


Meski saya gak punya uang dalam valuta US $, tapi mengapa jadi ikut-ikutan spot jantung, manakala siang tadi US $ sempat menembus Rp. 12.000,- per dollar nya.
Mau sok kaya dan banyak US $ kok rasanya tidak, tapi dari waktu ke waktu yang tidak lepas dari pengamatan saya ya itu tadi mata uang punyanya paman Sam.

Sampai-sampai dalam blogroll saya tambahi situs www.bi.go.id supaya saya dapat lebih mudah mengakses pergerakan valuta asing terutama nilai rupiah terhadp dollar.

Kata orang awam, mungkin juga saya (awalnya), Amerika yang sedang dilanda krisis berat kok dollarnya masih terapresiasi. Yang ini diabaikan saja "cuma" menyangkut masalah demand dan supply atas US $ :)

*******

Banyak nasabah saya (nasabah yang saya kelola;red) terutama yang terkait dengan pergerakan nilai valutas asing, terkait langsung maupun turunannya.
Yang import maupun yang export, sama saja, sama - sama pusing.
Yang import pusing karena barang yang dibeli menjadi lebih mahal sedangkan yang export terutama untuk tujuan pasar tradisional seperti USA, Eropa Barat dan Jepang, pasar menjadi lesu karena daya beli melemah, meskipun terkonversi dengan perbedaan kurs tetap saja tidak sebanding dengan penurunan daya beli.

Sedangkan pasar non tradisional seperti Afrika, Timur Tengah dan Eropa Timur yang sebetulnya cukup menjanjikan ternyata produk andalan kita sulit bersaing karena produk dari negara pesaing lebih kompetitif. Salah satu penyebab lemahnya daya saing di pasar internasional karena terjadinya ekonomi biaya tinggi sehingga berakibat harga jual lebih mahal dibandingkan negara pesaing. 

Sebetulnya masih terdapat beberapa celah agar produk kita dapat bersaing di pasar internasional, yakni dengan peningkatan kualitas yang telah ada saat ini serta memperkenalkan produk - produk Indonesia dengan merk Indonesia.

Hal ini telah dibuktikan oleh salah satu nasabah saya, yang bergerak dibidang furniture, export terbesarnya ke pasar tradisional yaitu negara - negara di kawasan Timur Tengah. Dan yang lebih membanggakan lagi, sejak lama telah memakai merk asli Indonesia.

Semoga krisis global dan juga krisis multi dimensi yang telah lama melanda Nusantara tercinta dapat segera berakhir.
Karena kita yakin bahwa yang selain Allah tidak akan pernah kekal dan pasti berakhir. Tapi kapan????  
 
 


Senin, Oktober 27, 2008

I Q R O


Disela-sela kesibukannya, masih disempatkan untuk membaca novel import karya Indu Sundaresan, yang asli India itu, novel tentang gadis jelata yang membuat sang Sultan jatuh hati "Mehrunnisa the Twentieth Wife".

Novel setebal 551 halaman itu diselesaikannya dalam kurun waktu tidak lebih dari 3 minggu.

Kemarin, pada hari minggu di sebuah toko di Surabaya diliriknya sebuah novel dengan judul "Lafazh-Lafazh Cinta", dipegangnya dan dilihatnya kemudian diletakkan kembali (maklum tabiat perempuan, perhitungan dengan harga yang tertera dibalik kemasan buku).

Melihat semangat membacanya mulai bertunas kembali, tak tega rasanya membiarkan novel itu tak terbeli.
"Daripada kebawa mimpi," gumamku namun tak sampai terdengar olehnya.
Kusambar novel itu dengan sepengetahuannya, tanpa protes dan hanya tersenyum kecil. Meski beberapa lembar rupiah melayang lagi, namun yang tak dapat terbeli adalah manakala melihatnya membaca di kala senggang diantara kesibukannya sebagai ibu rumah tangga yang juga perempuan pekerja kantoran serta ibu dari dua orang anak yang masih kecil. Betapa repotnya, tapi masih dapat meluangkan waktu. 
"Daripada ngrumpi," katanya suatu ketika.

IQRO: demamnya tidak sampai menggigil......

Jumat, Oktober 24, 2008

Jamuan malam di Hyatt






Seperempat malam di Hyatt di Malam Jumat 23-10-2008



Udara gerah kota Surabaya sore itu tidak menghalangiku untuk menjejakkan langkah kakiku ke hotel Hyatt. Untuk dapat tetap menyambut tamu, tepatnya nasabah-nasabah BRI yang based usahanya export import. Ini sangat terkait dengan krisi global. Karena presenternya dari Divisi terkait. Nerocos ngalor ingdul tentang L/C dan teman-temannya.

Sedianya acara dimulai pukul 18.00, mungkin panitia melihat masih banyak tempat duduk yang kosong sehingga acara baru mulai dibuka pukul 19.00.

Katanya menu hotel berbintang yang lezat, enak dan menggugah selera makan, ternyata sedikitpun tidak mempengaruhi niatku untuk meski sedikit menyentuh makanan yang terhidang, meski lapar mulai menghampiriku.

Hanya kuhampiri es Menado yang membuat kerongkonganku naik turun membayangkan segarnya minuman manis dingin itu.

Meski acara berlangsung singkat, namun tanggapan audiens sangatlah positif, karena mereka dapat bertanya dan berkeluh kesah mengenai pelaksanaan di lapangan sepuasnya.

BRI, yang dulu kita kenal hanya melayani masyarakat kecil di lingkup pedesaan, ternyata telah meng-Global.

Buktinya: nasabah-nasabah tersebut datang dari penjuru Jawa Timur, dari tingkatan home industri sampai pabrikan.

Bukti lain: saham BRI masih lebih dipercaya diantara bank-bank Himbara & Perbanas.

Sungguh luar biasa, baru sekarang saya merasa bangga, jauh dari lubuk hati terdalam, bukan sekedar untuk menyenangkan atasan, namun lebih kepada rasa haru yang tiada tara.






Minggu, Oktober 19, 2008

AKU LEBARAN BERSAMA KELUARGA


pengin numpang karya di blog-nya Papa, ntar kalo besar mau bikin blog sendiri


Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh….


Aku bersama keluarga Papa, Mama, Adik dan Eyang Putri berangkat hari selasa tanggal 30 September 2008 mudik ke semarang ke rumah nenek buyut dengan mobil yang disetiri Papaku. Bersama Papa, Mama , Adik dan Eyang Putri berangkat pagi hari dan sampai di sana siang hari.
Setelah itu aku istirahat dan main PS 2 sampai malam lho ………

Kemudian pagi harinya aku bersama keluarga pergi Sholat Idul Fitri di masjid dekat rumah Eyang Putriku. Setelah itu aku dan keluarga pulang dan diteruskan dengan main PS sepak bola dengan Om ku, seru lho ….
Setelah capek aku tidur siang dan pagi nya ada yang datang di rumah nenek ku

Siang harinya setelah bersilaturahmi ke tetangga-tetangga Eyang Putriku, kami bersama dengan keluarga pergi ke rumah nenek buyutku dan sungkem serta sholat Maghrib.

Bersama Om ku dan Papa ku, keesokan harinya aku pergi ke mal

Keesokan harinya ke mal lagi bersama dengan Eyang Putriku, kemudian sorenya atau jum’at sore aku pulang ke Gresik dengan mampir ke Rembang dulu, menginap semalam.

Pada siang harinya aku bersama keluarga pulang ke Gresik. Sore harinya sampai di GKB kemudian aku di titip kan ke rumahnya Budeku dan malam nya aku ke rumah Eyang Putriku yang satunya.

Setelah malam kami pulang ke rumah.


Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh……

SOPAN FORMAL YANG (terkadang) MENJEMUKAN


pre focus group Forum Peningkatan Kinerja BRI Gresik di Batu, 15-16 Nop 2008


Yang sedang trend saat ini di dunia pelayanan atau jasa adalah standart pelayanan baik untuk menjual jasa atau menjual barang agar customer, pelanggan, klien, konsumen merasa puas dan terlayani dengan baik. Seperti yang sering kita lihat di beberapa tempat dimana resepsionis hotel, customer service di perbankan atau usaha jasa lainnya, pramugari pesawat terbang, pramuniaga di counter – counter pusat perbelanjaan, di rumah sakit – rumah sakit dan lain – lain. Mereka berlomba – lomba untuk berbahasa dan bersikap yang memenuhi standart tertentu agar pelayanan tersebut dapat dikategorikan baik dan bagus. Pelatihan – pelatihan dan meeting – meeting diadakan oleh masing – masing perusahaan tersebut agar para karyawannya terutama yang terkait secara langsung dengan pelayanan kepada customer, klien, pelanggan, konsumen dapat secara optimal memberikan pelayanan yang terbaik dan terbagus.


Namun sepertinya mereka hanya melakukan untuk kepentingan profesionalisme, kurang menyentuh dan tidak timbul dari lubuk hati yang paling dalam sehingga terkesan pelayanan tersebut tidak dilakukan secara iklas. Sepertinya mereka hanya memenuhi standart pelayanan yang diwajibkan oleh perusahaan pemberi kerja. Senyum mereka hanya senyum formal sebagai kewajiban profesional dan sikap sopan mereka serasa hambar.

Buktinya begitu usai jam kerja atau oper shift, sikap mereka kembali cuek dan acuh tak acuh terhadap para customer, klien, pelanggan dan konsumen meski mereka masih berada di dalam area perusahaan tempat mereka bekerja. Terlihat jelas karena seragam mereka masih melekat.

Setidaknya meskipun mereka telah lepas jam kerja atau oper shift, mereka masih dapat menerapkan standart pelayanan antara lain dengan bertegur sapa terhadap orang – orang di sekitar tempat mereka bekerja atau minimal tersenyum. Sekali lagi ini masih di dalam area tempat mereka melakukan pekerjaan, sehingga nama perusahaan masih terbawa meski mereka tidak sedang melakukan pekerjaan rutin sebagai tenaga pelayanan.


Standart pelayanan yang diterapkan oleh perusahaan – perusahaan yang menjual jasa, perusahaan – perusahaan yang berhubungan dengan pelayanan umum sangat bagus dan memang seharusnya demikian agar tujuan perusahaan untuk memuaskan customer, klien, pelanggan, konsumen dapat tercapai sehingga mereka akan kembali untuk bertransaksi di perusahaan tersebut.


Lain halnya dengan perusahaan – perusahaan yang telah lama melakukan pelayanan terbaiknya namun tidak standart atau baku, para tenaga pelayanannya telah melakukan dengan cara mereka sendiri dengan berimprovisasi sehingga tetap terjalin kedekatan hubungan antara mereka yaitu antara tenaga pelayanan dengan customer, klien, pelanggan dan konsumen yang mereka layani. Mereka yang melayani melakukannya dengan tulus iklas demikian pula yang dilayani. Tidak hambar karena diantara mereka sering terlibat sendau gurau dan canda tawa bahkan yang sudah terlanjur akrab diantara mereka saling menanyakan tentang kabar masing – masing. Sungguh luar biasa indahnya. Tidak baku dan hambar serta hanya untuk memenuhi tuntutan standart pelayanan perusahaan tempat mereka bekerja.


Standart pelayanan harusnya disertai dengan upaya dan perasaan seolah – olah telah terjalin hubungan yang lama diantara mereka sehingga pelayanan yang diberikan dapat lebih membumi, dapat lebih terasa oleh customer, klien, pelanggan, konsumen sehingga pengguna pelayanan tidak hanya merasa bahwa mereka mendapatkan pelayanan hanya karena mereka membayar, bukan karena formalitas dan sekedar tuntutan profesionalisme pekerjaan.


Pernahkah melihat dan menyaksikan penerapan standart pelayanan dari perusahaan nasional yang diterapkan di beberapa cabang - cabang atau kantor – kantor perwakilannya di daerah – daerah atau kota – kota kecil di sebagian pelosok nusantara. Diantara mereka yaitu pemberi layanan dan penerima layanan, sebetulnya telah terjalin hubungan emosional yang jauh melebihi dari sekedar hubungan pemberi dan penerima layanan. Tiba – tiba keharusan guna memenuhi standart pelayanan yang dibakukan oleh kantor pusatnya, hubungan tersebut menjadi terlihat sebaliknya lucu dan hambar. Nampak aneh karena hubungan diantara mereka telah terbiasa menerapkan sikap dan perilaku yang jujur dan tidak dibuat – buat untuk kemudian harus berubah sesuai dengan standart pelayanan yang diterima dari Jakarta. Bahasa “prokem” nya pun dianggap tidak sah dan tidak memenuhi standart pelayanan. Mereka, masyarakat penerima layanan di jejali oleh “budaya kota” yang belum tentu cocok dengan nilai budaya dan kebiasaan yang telah puluhan tahun mereka lakukan dan kerjakan di daerah. Tujuan utama standart pelayanan adalah agar supaya penerima layanan merasa terpuaskan dan akan kembali lagi untuk bertransaksi ke perusahaan tersebut. Di daerah, mereka melakukanya tidak hanya di area pekerjaan saja, diluar area pekerjaan dan di kehidupan sehari – hari mereka telah melakukannya setiap kali bertemu. Hal yang telah demikian indahnya haruskah dirubah untuk sekedar memenuhi standart pelayanan yang diterapkan oleh kantor pusatnya. Penerapan standart pelayanan tercipta sebagai akibat kekurang dekatan hubungan antara tenaga pemberi layanan dengan penerima layanan, sehingga diperlukan sebuah formula yang mengharuskan tenaga pemberi layanan memberikan layanan terbaiknya kepada penerima layanan sebagai imbalan rupiah yang telah diberikan. Hubungan mereka tercipta secara professional, kurang tulus dan terasa hambar.


Kiranya, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan tentang penerapan budaya pelayanan yang kurang membumi dan hanya sekedar memenuhi standart layanan yang selama ini telah banyak dilakukan oleh tenaga – tenaga pelayan di perusahaan – perusahaan yang acap kali berhubungan dengan pelayanan umum. Mungkin, banyak faktor yang menyebabkan kekurang membumi dan hanya sekedar memenuhi standart layanan dari seorang tenaga pelayan yang mengakibatkan mereka melakukan hanya sekedarnya, hanya untuk memenuhi tuntutan perusahaan agar tidak terkena penilaian negative dari perusahaan.

Karena, kami sebagai penikmat layanan terkadang ingin tertawa (bukan bermaksud melecehkan) dan bertanya kembali di dalam hati, "bukannya lain ladang lain belalang lain kolam lain pula ikannya". Tidak dapat di generalisasi atau dalam bahasa Inggrisnya tidak bisa di “Gebyah Uyah” untuk diterapkan di seluruh daerah.

Tetapi semua berpulang kepada kita selaku penikmat pelayanan. Toch, masih lebih baik dan lebih bagus dibandingkan apabila tidak dilayani sesuai dengan standart pelayanan.
Bukan begitu?

Rabu, Oktober 15, 2008

LIBURAN LEBARAN VANA



.........belajar membuat cerpen..........


Sebetulnya hari ini masih libur karena Vana memang sedang mengambil cuti untuk meneruskan liburan lebaran tahun ini. Namun karena beberapa menit yang lalu ponsel di atas meja berbunyi dan bergetar, yang ternyata sms dari mantan pacarnya. “Entah tahu darimana Syah, sang mantan itu punya nomor ponselku,” gumam Vana setengah neg namun masih terpancar sisa – sisa rasa sayang terhadap pria yang telah mencampakkannya itu.

Tiba – tiba, masih terekam jelas peristiwa sepuluh tahun yang lalu ketika Syah harus meninggalkan dirinya, untuk menempati pos barunya sebagai tenaga pemasar di kota Surabaya. Padahal ketika itu nafas cinta diantara keduanya masih hangat – hangatnya, masih ranum – ranumnya seperti buah semangka di pondok buahnya Pak Di. Ya Pak Di, di pondok buah itu beberapa bulan sebelumnya mereka bertemu dan berkenalan serta berikrar untuk melanjutkan hubungan setelah beberapa minggu kemudian kembali bertemu. Dengan disaksikan oleh belahan buah semangka ranum yang sebagian belahan lainnya dibeli pelanggannya Pak Di.

Mereka sama – sama dua makhluk yang kesepian dan capek serta hampir putus asa untuk mencari cinta sejati kala itu. Karenanya mereka merasa cocok dan sepakat untuk melanjutkan hubungan. “Inilah kapal terakhir yang singgah di pelabuhan hatiku,” pekik Vana sembari melepas gaun yang dikenakan malam itu setelah pulang dari berkencan dengan Syah. Di kamar kostnya di bilangan jalan Pandanaran Semarang. Nampak jelas kebahagiaan yang terpancar di raut wajahnya yang putih bersih seperti kulit bayi.

Serasa baru kemarin saja Vana melepas Syah di terminal bus Terboyo Semarang untuk meneruskan perjalanan ke kota Pahlawan Surabaya. Sampai – sampai Vana ingat betul bus Jawa Indah yang membawa kekasihnya pergi untuk meniti karir itu.

Vana hanya bisa menangis sedih di kamar kostnya sepeninggal Syah, kekasih yang sangat dia cintai itu. Vana takut kehilangan, dia takut cita cintanya akan kembali jatuh terjerembab ke jurang yang semakin dalam.

“Vany…….Vany……sarapan disit mbok, ben maag-e belih kumat,” teriak sang Ibunda sekaligus membuyarkan lamunannya tentang peristiwa sepuluh tahun silam itu.

Di rumah orang tuanya di bilangan perumahan Berkoh Purwokerto itu, Vana menghabiskan liburan lebarannya bersama dengan orang tua semata wayangnya, sang Ibunda tercinta karena Bapak yang dia cintai telah berpulang ke Rahmatullah beberapa tahun silam. Sedangkan adiknya telah kembali ke Jakarta bersama dengan adik ipar dan keponakan – keponakan Vana.

Dia baca isi sms dari Syah, pria yang pernah begitu dia cintai :
“Aing…(demikian panggilan sayang Syah kepada Vana) Mas skrng sdg di Semg tugas ktr bbrp hr, g tau mo nginep dimana,Mas kangen & pengin ktemu,msh kost di tempat yg dl?tks”.

Ternyata sms ini merupakan upaya terakhir Syah untuk dapat menghubungi Vana setelah beberapa panggilan tak terjawab yang terekam di ponsel Samsung i 700 milik Vana.

Dalam kebimbangan antara mau menjawab sms atau tidak menggubrisnya sama sekali, Vana lunglai, lemas, perih karena lukanya belum kering benar meski telah sepuluh tahun silam kejadian itu berlalu. Tiba – tiba rasa rindunya beradu dan berkecamuk dengan rasa marah dan benci. Kebenciannya jauh melebihi tatkala sepuluh tahun silam Syah hilang tanpa kabar sama sekali.

“Kenapa Dia datang kembali disaat aku sudah memutuskan untuk menutup rapat semua pintu untuk semua lelaki,” celotehnya dalam hati.

“Aku sudah merasa bahagia dengan kehidupanku yang sekarang, materi yang berkecukupan, kehidupan yang mandiri dan tanpa gangguan orang – orang yang dapat membatasi ruang gerakku,” lanjutnya berceloteh di dalam sanubarinya.

“Meski jauh di dalam hatiku, terkadang aku membutuhkan sentuhan lembut tangan kekar seorang lelaki, lelaki yang aku cintai, lelaki yang dapat aku yakini mampu untuk memberikanku sandaran hingga hari tuaku tiba kelak, lelaki yang dapat membahagiakanku sepanjang waktu,” sambungnya masih di dalam hati.

Disambarnya handuk di jemuran samping rumah untuk kemudian dibawa ke kamar mandi, sementara matahari pagipun menyapanya dengan menerawang lekuk – lekuk elok tubuhnya berbalut gaun tidur berbahan sutra yang tipis, masih saja “moleh” ditambah kulit putihnya yang bersih meski usianya kini sudah tidak muda lagi, gurat – gurat kecantikannya masih nampak jelas terlihat meski kerutan – kerutan kulit wajahnya dan beberapa helai uban menghiasi kepalanya.

Vana sedikitpun tidak mempunyai rencana untuk menemui Syah di Semarang. Namun demikian masa liburan lebaran di Purwokerto pun tiba – tiba segera akan diakhiri, untuk selanjutnya menempuh perjalan pulang ke Semarang, dengan mengendarai Honda Jazz warna kuning, warna kesukaan Vana sekaligus Syah.

“Jare rencanane pan nang salon, creambath sekalian mampir nang omahe Bulekmu Sri, karo njaluk digawekna sambele Bulekmu Sri sing uenak kuweh,” ujar Ibunda Vana dengan logat banyumasan campur tegalan sebagai upaya agar kepulangan Vana ditunda besok atau lusa.

“Kenangapa sih buru – buru bae mulih nang Semarang?” lanjut Ibunda Vana sembari tetap berusaha untuk menahan kepulangan anak perempuannya itu.
“Belih kenapa – kenapa, inyong nembe kemutan wis ana janji karo kanca kantor,” jawab Vana sambil nyari – nyari alasan yang pas.

“Ach…Ibu ini tidak tahu bagaimana suasana hati anak perempuanmu sekarang ini, senang-susah-kesal bahkan neg telah teraduk dan bercampur dalam gelas hati yang rasanya semakin rapuh saja,” keluh Vana sembari memasukkan tas dan beberapa bungkusan ke dalam mobilnya.

Dengan setengah hati Ibunda Vana melepas kepulangan Vana ke Semarang dengan menyetir sendiri mobilnya.

Setelah membeli oleh – oleh gethuk Sukaraja dan beberapa oleh – oleh khas Purwokerto lainnya, Vana kembali memacu mobilnya melewati jalanan yang masih saja ramai oleh kendaraan pemudik meski cuti bersama lebaran telah usai beberapa hari yang lalu.

Masih saja berkecamuk di dalam hati Vana, mengingat isi sms dari Syah tadi.

“Tega – teganya kamu memperlakukanku seperti ini Mas,” sambil tak terasa air mata mulai membasahi pipi putih mulusnya yang dulu pernah begitu akrab dengan sentuhan dan belaian sayang lelaki bernama Syah.

Kemudian diusapnya pipi Vana dengan tisu yang sengaja ditaruh di dashboard mobil.

“Aku bukan perempuan ingusan lagi, aku bukan gadis yang baru kenal cinta pertama, aku gak boleh cengeng, apalagi hanya karena urusan laki – laki,” geramnya sambil diiringi alunan musik tape mobil dari lagu – lagu instrument miliknya Yani.

Senin, Oktober 13, 2008

KARIR & KELUARGA


enaknya punya smart phone...bisa bikin konsep tulisan dimanapun
seperti saat tulisan ini dibuat, penulis sedang berada di gerbang 1 kursi 4c-4d Kereta Api Eksekutif Rajawali, perjalanan menjemput Ibunda tercinta (satu-satunya orang tuaku yang masih tersisa, tak khan kusia-siakan waktu dan pikiranku untuk tetap membahagiakan beliau, karena untuk membahagiakan Bapak, waktu yang dimiliki Bapak tidaklah cukup dan tidak sabar menungguku hingga "cukup" materi seperti saat ini) dari Semarang menuju Surabaya tepatnya Gresik.

Mungkin di usia yang hampir menginjak 40 tahun ini semakin memberikan banyak arti, peningkatan kadar kedewasaan, pemahaman hidup dalam berkeluarga dan berinteraksi sosial dengan masyarakat luas, meski masih berkadar kecil pastinya telah terdapat perubahan ke arah positif.

Dan yang membuatku lebih merasa beruntung, manakala 10 tahun yang lalu aku telah sangat berani untuk mengambil suatu keputusan untuk keluar dari area yang kusebut sebagai area semu kebahagiaan materi. Selain telah mendapatkan keluarga yang harmonis, sebagian besar wawasan, pengalaman dan ilmu aku dapatkan ketika secara struktur aku harus berhubungan dengan orang - orang pintar, punya jabatan dan orang - orang yang aku anggap lebih baik dariku. Pemahamanku semakin melebar dan terbuka, aku merasa telah mendapatkan peningkatan kualitas hidup dalam diriku. Meski pada kenyataannya jabatanku yang sekarang tidak memberikan asupan materi yang berlebih jika dibandingkan dengan apabila aku tetap di Tegal untuk tetap menekuni karirku yang lama, yang secara otomatis dapat aku raih dengan relatif mudah, hanya dengan bermodalkan "pintar-pintar" menjalin hubungan, relatif tanpa upaya keras terlebih kemampuan akademik dan manajerial. Namun di satu sisi kalau aku tetap di Tegal, lingkup pergaulanku yang tetap "mikro", tidak tahu dunia luar.

Disini aku dapat banyak ilmu dari yang sekedar mendengar pembicaraan para pejabat - pejabat setingkat provinsi layaknya seperti mendengarkan kuliah atau seminar - seminar atau ceramah - ceramah dan lain-lain.

Belum lagi kalau aku ketemu dengan para praktisi ekonomi dan dunia usaha, para pengusaha dan pedagang besar juga industriawan yang tentunya materi yang dibicarakan lebih membumi, tentunya juga disisipi intrik, tipu muslihat serta poloitik pedagang, justru dengan begitu lebih memberikan pelajaran yang sangat berarti bagiku yang tidak pernah aku peroleh di bangku kuliah apalagi di duniaku sebelumnya.

Mikro, diciptakan memang untuk kalangan kecil, mind set dan "pelayan" nya pun harus menyesuaikan agar tetap dapat exist.

Mikro, merupakan "rumah sakit bersalin" yang telah melahirkanku, kemudian tumbuh dan besar di ritel dan menengah.

Jauh sebelum disini, tatkala masih di mikro dulu, aku sudah merasa tidak cocok. Aku yang "kecil" ini akan merasa dan menjadi lebih kecil lagi apabila tetap tinggal disana.

Terima kasih Allah, Engkau telah memberikanku banyak, sebanyak yang aku pinta dan sebanyak yang aku harapkan.

Kalaupun Engkau belum atau tidak mengabulkan permintaan - permintaanku, mungkin permintaan - permintaanku itu serasa tidak masuk akal manusia dan cenderung berlebih, Engkaulah Yang Maha Tahu ya Allah.

Mungkin aku sosok yang tidak pernah merasa puas dan cepat bosan di satu jabatan, namun karena keterbatsanku yang mengharuskanku untuk tetap memperhatikan keluarga yang menjadi tanggung jawabku, sehingga menjadikanku tidak leluasa di dalam "bermanuver" atas karirku dengan mengikuti up grade atau job opening yang berkonsekuensi "mahal" untuk keluargaku. Dampaknya timbul penyakit psikologis atas diriku yang merasa tidak puas sehingga menjadikanku sosok yang agresif untuk melakukan "pemberontakan - pemberontakan" kecil.

Pengertian "yang dituakan" bagiku harus melebihi segalanya dalam hal ilmu dan pengalaman serta cara berpikir yang seharusnya jauh lebih matang, bukan sebaliknya. Ironisnya manakala pengertianku tidak sesuai, aku menjadi sosok yang naif, yang keminter bahkan "kemlinthi".

Entah benar atau tidak kata orang tentang keberhasilan karir yang berbanding lurus dengan keberhasilan di dalam kehidupan berkeluarga. Sama-sama terpenuhi keduanya. Dapat pula diraih secara bersamaan.

Butuh "materi" yang banyak untuk "mengkawinkan" kedua keberhasilan tersebut. Untuk ukuran manusia sepertiku rasanya kesulitan yang telah nampak di depan mata.

Pilihannya karir atau keluarga?

Bagaimanapun aku harus tetap berterima kasih kepada Allah yang telah memberikanku kehidupan materi yang "cukup", keluarga yang bahagia dengan istri wanita karir yang cantik, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan.... "lengkap" (untuk menggantikan kata sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah semata).

Juga kepada orang-orang pendahuluku, yang dituakan daripadaku, karena mereka adalah orang - orang yang selalu aku hormati......... (terkadang kalau tidak keduluan sama lupa).

Kamis, Oktober 09, 2008

KELEDAI KEBAHAGIAAN




copy paste tanpa editing by: anonim


Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup karena berbahaya), jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya.Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian . Tetapi kemudian, semua orang takjud, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur. Si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga2 si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik.Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari "sumur" (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran dan hati kita) dan melangkah naik dari "sumur" dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari "sumur" yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah!

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :

1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan.
3. Hiduplah sederhana.
4. Berilah lebih banyak.
5. Berharaplah lebih sedikit.
6. Tersenyumlah.
7. Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum

Seseorang telah mengirimkan hal ini untuk kupikirkan.

Maka aku meneruskannya kepadamu dengan maksud yang sama.

Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu kita yang terburuk, inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini.

Senin, Oktober 06, 2008

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H



Lebaran dan pulang kampung telah usai.
Keadaan telah kembali berjalan normal.
Yang orang kantoran telah kembali bekerja di kantor.
Yang pedagang telah kembali menata dagangannya.
Yang pengusaha telah kembali mengatur strategi agar dampak krisis yang tengah terjadi di negaranya Paman Sam tidak ikutan berimbas di Nusantara.
Yang korupsi, makelaran kasus, makelaran apa saja yang dapat menghasilkan uang dengan memanfaatkan kedudukan dan jabatan, mulai kembali beringas, seolah hari - hari selama hidup di dunia hanya untuk mengumpulkan harta sebanyak - banyaknya agar anak dan cucu tidak mati kelaparan, mampu menyekolahkan di sekolah favorit, mampu mengobatkan sanak famili di rumah sakit - rumah sakit yang bagus dan mahal, mampu berlibur di tempat wisata dan hotel berbintang bersama keluarga besarnya, rutin mengunjungi mall dan butik tiga kali dalam seminggu, mampu membiayai istri ke salon dua kali seminggu, ke spa, atau bahkan mampu menghidupi istri simpanan.
Astaghfirullah..................

Lebaran dan setelah sebulan penuh berpuasa......
Dan kini saatnya untuk "kemaruk"
Ya kemaruk makan, ya kemaruk nyari rejeki, ya kemaruk apa saja
Yang penting dapat dan berhasil
Ndak tau itu halal, haram ataupun wallahuallam.....

Yang kemaruk makan akan makan sebanyak-banyaknya sampai "kemlakaren atau kuwaregen"
Yang kemaruk nyari rejeki ya "nrobos sana nrobos sini" supaya tender - tendernya segera dapat dimenangkan dan disubkont-kan kembali.....CUMI (CUma nyari koMIsi)
Yang kemaruk apa saja ya berbuat apa saja pokoknya dapat untung, ndak tau yang lain buntung (EGP:emang gw pikirin)

Yang terpikir sekarang adalah bagaimana caranya "ngumpulin duit sebanyak-banyaknya" untuk bekal mudik lebaran di tahun depan (emangnya siapa yang bisa njamin lebaran tahun depan masih ikut merasakan)
Untuk modal pamer kepada teman, kerabat, sanak saudara bahwa "saya ini sudah sukses di tempat rantau"
Sah sah saja mamer-mamer kan bondho nya ke orang lain ndak papa
Sing penting corone nggolek sing bener lan pener

Elingo :
1. Manusia harus nyari bekal yang banyak buat sangu di akherat nanti
2. Roda kehidupan tidak selamanya berada diatas, jangan takabur
3. Manusia itu pasti akan mati, apa sudah siap mati? belum to! mbok ya jangan kemaki!

Banyak problem yang masih harus diselesaikan setelah pesta religi Idul Fitri, hari kemenangan (tentunya hanya bagi yang menjalankan ibadah puasa saja, sedang yang lain dapat lebarannya saja). Kualitas beribadah yang didahului dengan adanya perubahan dalam bersikap terutama dalam hal hubungan dengan sesama manusia harusnya lebih beradab. Baru kemudian dilanjutkan dengan hubungan dengan TuhanNya, sikap khusuk dalam menunaikan ibadah harus lebih meningkat dibanding sebelumnya.
Kalau hal - hal tersebut tidak sanggup untuk dipenuhi, percuma saja mengaku - ngaku menjadi manusia yang beradab sementara sikap dan perbuatan sedikitpun tidak menunjukkan atau bahkan sedikit mewakili sebagai manusia beradab.

Ritual religi, pakaian religi, asesoris religi telah banyak terlihat baik di tempat - tempat peribadatan, di rumah - rumah, di mobil, di kantor, di ruang kerja dan pakaian yang dikenakan.

Semuanya hanya terlihat sebagai simbul belaka bahwa "saya ini salah satu manusia yang berkeTuhanan YME"

Fenomena ini banyak sekali terlihat jelas di saat ini
Makanya sekarang ini kita harus lebih berhati - hati bahwa :"apa yang terlihat belum tentu seperti apa yang terkandung di dalamnya"
Manusia - manusia berhati serigala semakin banyak berkeliaran di luar sana

Mungkin kalau tidak mau disebut pasti, kita salah satu diantara mereka yang berhati serigala...baik yang disebabkan karena tuntutan profesi, tuntutan kebutuhan ekonomi, tuntutan dalam kehidupan bersosial, tuntutan apa saja, yang seolah - olah melegalkan kita untuk berbuat seperti serigala yang siap memangsa siapapun yang lebih rendah, yang lebih lemah, yang lebih miskin, yang lebih bodoh

Semoga di hari yang Fitri ini, paling tidak sebagian dari kita (terlalu naif kalau semua dari kita) disadarkan hatinya untuk segera bertobat, menyesali dan tidak akan mengulangi perbuatan - perbuatan yang Allah tidak sukai agar ketentraman dan gemah ripah loh jinawi di negeri yang katanya subur makmur ini segera dapat terwujud bukan hanya sekedar jargon yang saat ini telah ramai dalam rangka pilpres 2009.

Amin...

Senin, September 29, 2008

HARI KEMENANGAN BAGI YANG BERPUASA SAJA

Tanpa terasa sudah hampir sebulan kita berpuasa.
Beberapa hari lagi Ramadhan akan meninggalkan kita.
Berganti fajar dengan hari Idul Fitri 1429 H.
Kita akan segera menyambut hari kemenangan merayakan hari yang suci, merayakan hari kebahagiaan bersama keluarga, bersilaturahmi dengan keluarga dan sanak saudara, saling maaf memaafkan, minal aidzin wal faidzin.
Bagi yang akan melakukan perjalanan silaturahmi, menuju kampung halaman bertemu orang tua dan keluarga, kami mengucapkan selamat jalan dan semoga selamat sampai tujuan serta pulang kembali selamat sampai di rumah.
Maaf lahir dan bathin, atas semua kesalahan baik yang disengaja maupun lepas begitu saja selama ini, semoga di hari kemenangan ini, semakin menjalin lebih erat lagi tali persahabatan, semakin kuat lagi mempertautkan hati, doa dan pikiran.
Bersama-sama meraih kualitas hidup lebih bermakna.
Taqabbalallaahu Minna waminkumShiyaamanaa wa shiyaamakumTaqabbal yaa kariim.
SELAMAT MENYAMBUT IDUL FITRI 1429 H
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN
SEMOGA KITA SEMUA DIPERTEMUKAN LAGI DENGAN RAMADHAN TAHUN DEPAN
AMIN

Selasa, September 23, 2008

Sistem Kerja Semalam

Langkah-langkah maksimal seringkali diperoleh dari optimalisasi tindakan "kepepet".
Saat kuliah dulu sering saya melakukan kegiatan belajar dengan Sistem Kebut semalem (SKS). Pada saat hari - hari biasa, saya mencoba belajar untuk mengulang pelajaran yang dikuliahkan pagi hingga sore hari, namun tak secuilpun ilmu yang masuk ke otak saya. Yang diingat cuma kapan waktu segera berputar menjadi esok sehingga dapat ketemu dengan idola hati (meskipun sekedar melihat pujaan hati karena belum "berani" berpacaran).

Tetapi bandingkan ketika saya mempunyai target untuk mendapatkan nilai ujian yang bagus, sedang waktu yang tersedia hanya semalem saja. Saya mati - matian dan konsentrasi penuh untuk tetap belajar agar semua harapan terpenuhi.

Seringan itu pulalah ilmu meresap dan merasuk ke otak. Subhanallah...........
Ketika pembagian KHS (Kartu Hasil Study).......(wah masih ingat masa - masa kuliah diploma III dulu di Semarang). Alkhamdulillah...........nilainya tidak mengecewakan......

Beberapa minggu yang lalu, seringkali saya membawa pulang flashdisk yang isinya beberapa file pekerjaan yang rencananya akan saya kerjakan di rumah.
Dan beberapa minggu tersebut rencana saya tidak pernah terealisasikan, oleh banyak sebab yang sebetulnya merupakan sebab yang saya cari - cari.
Hanya karena serangan kantuk yang disebabkan oleh buka puasa tadi kelewat banyak, kelelahan pekerjaan di kantor, cangkruk kelamaan di depan rumah bersama Bapak - Bapak penghuni komplek perumahan.

Due date pekerjaan minggu ini. Alkhamdulillah......semalem tak kebut hingga saat makan sahur tiba. Selesai. Tadi saya print dan saya ajukan kepada atasan saya, seperti biasa tidak ada koreksi (bukan berarti pekerjaan saya selalu benar tetapi lebih kepada atasan saya yang kurang memahami apa yang saya kerjakan).

Hari ini kantukku teramat sangat amat menyiksa sekali. Idealnya yang harus saya lakukan adalah menebus tidur yang belum sempat saya lakukan di malam hingga dini hari tadi. Ach...semprul banget. Hari ini banyak kerjaan yang tidak dapat ditunda pula. Parahnya selepas maghrib nanti ada sosialisasi dari kantor.

Sempurna.........

Salah saya: kenapa harus selalu menunda pekerjaan yang semestinya dapat saya lakukan
dengan cepat sehingga tidak membebani pikiran terus - menerus.

Pertimbangan lain: sulit rasanya untuk memulai pekerjaan yang masih punya peluang waktu
untuk dimundur.

Rencana : Jangan menunda pekerjaan, segera mulai pekerjaan dan kobarkan semangat bekerja
demi pahala di masa yang akan datang bukan untuk sekedar mencari nafkah saat ini saja.

Jumat, Agustus 29, 2008

On The Spot

gresik - surabaya - mataram - senggigi
'ayam saliwang-kangkung plecing-sate bulayak'

.............to be continued..........

Senin, Agustus 11, 2008

CITY CAR

Keinginan membeli mobil kecil nan lincah, ber-cc kecil, berbahan bakar irit, ber-pajak kendaraan bermotor tidak mahal, harga terjangkau, tidak ber body protector badan/raga secara langsung. Suzuki Katana GX…… dan sebagai solusi alternative karena kecelakaan sepeda motor yang menimpa istri tercinta beberapa hari yang lalu.



City Car, jenis kendaraan yang satu ini sejak beberapa tahun terakhir banyak kita jumpai melintas di jalan – jalan protokol di Surabaya dan sekitarnya (baca: Gresik dan Sidoarjo). Selain ukuran mobil yang relative kecil, juga lincah sehingga mampu bermanuver di lahan – lahan sempit, ber-cc kecil sehingga tidak membutuhkan asupan bahan bakar yang banyak alias boros, demikian halnya beban pajak yang harus dibayar juga relative tidak mahal, harga baru maupun second-nya tidak terlalu mahal, dan yang paling penting mampu melindungi badan/raga pengendara dari benturan atau tabrakan langsung oleh kendaraan lain.

Untuk mendapatkannya tidak harus dengan membeli mobil baru. Banyak mobil second keluaran tahun 1995 - 2000-an yang kondisinya relative masih bagus. Tinggal disesuaikan dengan isi kantong.

City Car lebih diminati ibu – ibu karena lebih familier dan ‘compatible’ dengan sosok perempuan. Dibanding dengan kendaraan roda dua atau sepeda motor, kelebihan city car ini adalah dapat melindungi pengemudi dari terik panas dan basah karena hujan. Harga second city car jenis tertentu tidak terpaut banyak dengan sepeda motor keluaran terbaru.

Dengan makin banyaknya sepeda motor yang berlalu lalang di jalan – jalan raya di Surabaya, semakin menambah tingkat potensi kecelakaan yang disebabkan karena tidak tertibnya sebagian pengendara sepeda motor yang akhir – akhir ini kerap kita jumpai. Saling serobot, lampu kuning bukannya sebagai peringatan untuk waspada dengan mengurangi kecepatan untuk kemudian berhenti, tetapi lampu kuning diartikan untuk menambah dalam tarikan pedal gas agar dapat lolos dari sergapan lampu merah.
Dan tidak kalah berbahayanya juga pada saat menanti lampu hijau akan segera menyala sebagai tanda semua kendaraan diperbolehkan untuk berjalan namun lampu masih berwarna merah, terdapat sebagian pengendara kendaraan terutama sepeda motor langsung tancap gas untk melaju, akibatnya dari sisi jalan yang lain masih menyala lampu hijau yang kemudian beralih menyala menjadi lampu kuning, meluncur kendaraan lain dengan kecepatan tinggi, karena tidak ingin berhenti gara – gara harus mengurangi kecepatan karena lampu menyala kuning untuk kemudian menyala merah sebagai tanda semua kendaraan harus berhenti. Brrraaakkk…….! Terjadilah kecelakaan…..!!

Kecelakan tidak bakalan terjadi apabila semua pengendara mematuhi peraturan berlalu lintas di jalan raya. Kehati-hatian dan upaya meminimze kecelakaan dapat dicegah dan diantisipasi oleh masing – masing individu. Salah satu solusinya seperti yang telah diutarakan diatas.

Dengan city car, seorang suami tidak perlu was – was lagi melihat kenyataan bahwa istrinya mengalami kecelakaan sebagai akibat sepeda motornya ditabrak oleh anak muda yang sedang kebut – kebutan di jalan raya metropolis Surabaya.

Sekian,

Minggu, Agustus 10, 2008

PERSIMPANGAN



Beberapa pekan yang lalu saya di telepon Pak Sukaris, dosen juga mantan Ketua Jurusan Ekonomi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik yang intinya :

1. Saya diminta untuk segera mengurus ijazah atau tanda kelulusan S1 yang masih terdampar
di kampus yang sama sejak setahun silam (sebelumnya saya hanya lulusan D3 dari Stikubank Semarang angkatan 88 kemudian melanjutkan ke S1 pada tahun 2001, lulus pada tahun 2007 setelah malas mengerjakan skripsi selama 4 tahun), untuk segera di serahkan kepada Ibu Rosi/Ketua Jurusan Ekonomi Manajemen yang baru.
2. Telah dibuatkan jadwal mengajar dosen tidak tetap untuk mata kuliah ekonomi perbankan, jadwalnya sore hari dari jam 16.00 sd 19.30 tiap - tiap hari sabtu.
3. Kalo point Pertama tidak segera di penuhi, masih diberi kesempatan untuk mengajar di semester depannya, karena sampai detik terakhir batas waktu yang ditoleransikan kepada saya oleh fakultas syarat tersebut belum juga saya tindak lanjuti.


Alasan saya untuk berpikir kembali tentang 'ambisi pribadi' :

1. Hari Sabtu merupakan saat off dan hari khusus untuk keluarga (kecuali kalo ada acara resmi kantor yang mewajibkan saya untuk hadir di kantor).
2. Suatu ketika, di hari Sabtu sore (dijadikan anak-anak menjadi acara rutin jalan-jalan sore), anak-anak mengajak untuk sekedar melepaskan kepenatan setelah satu minggu sekolah (terutama yang besar karena padatnya pelajaran kelas 1 SD).
3. Tidak tega rasanya untuk tidak meng-iyakan permintaan buah hati kami.

Lain - lain :
1. Saya belum memutuskan jadi mengajar ato tidak, toch saya masih diberikan kelonggaran sampai dengan semester depan.
2. Saya takut tidak mampu membagi waktu, untuk keluarga, terutama kepada anak-anak yang masih membutuhkan kedekatan dengan Bapaknya.
3. Kesempatan langka ini tidak akan datang untuk yang kedua kali kepada diri saya, diambil ato hilang selamanya.

Entahlah.......


Rabu, Agustus 06, 2008

"GAJIAN"

Mengenang masa kecil di sebuah kota kecil di penghujung paling timur propinsi jawa tengah, kota Rembang tercinta.


Saat yang selalu ditunggu – tunggu? Tidak juga.

Ada yang menerima pada saat tanggal muda, adapula yang menerima di saat tanggal tua. Menerima gaji duluan kerja belakangan biasanya diberikan pemberi kerja pada tanggal muda, kalangan ini pada umumnya berasal dari kalangan pamongpraja sedangkan kalangan pekerja yang terima gaji di tanggal tua dan harus kerja duluan berasal dari kalangan swasta atau perusahaan.

Ada pula yang menerima gaji tiap – tiap minggu. Semua bergantung dari para pemberi kerja.

Idealnya pada saat tanggal menerima ‘gajian’ perasaan berbunga – bunga menyelimuti, nyatanya uang gajian hanya tempat ‘transit’ . Untuk keperluan iuran bulanan : bayar angsuran kredit bank, angsuran rumah, angsuran kendaraan, abonemen listrik & air, tv kabel serta telepon dll, uang sekolah anak, belanja kebutuhan pokok bulanan, iuran rutin RT, sumbangan orang punya kerja, cadangan keluarga sakit, service & ganti olie kendaraan, halah pusing…..!!??

“Kepusingan” itu bersumber dari diri kita sendiri yang selalu mengkondisikannya. Bagaimana tidak, gaji yang seharusnya cukup untuk sebulan dipergunakan untuk pengajuan permohonan hutang yang pada akhirnya menambah kewajiban angsuran setiap bulannya. Kenaikan kesejahteraan dari pemberi kerja yang salah satunya diwujudkan dalam bentuk kenaikan gaji, oleh kita dipergunakan untuk keperluan meningkatkan plafond pinjaman dari perhitungan kelonggaran tarik atas kenaikan gaji itu. Akibatnya kenaikan gaji tidak berdampak terhadap kesejahteraan yang diharapkan oleh pemberi kerja. Lebih - lebih apabila penambahan plafond pinjaman tersebut dipergunakan untuk keperluan – keperluan yang sifatnya konsumtif. Telak tak ada artinya nilai uang tersebut.

Bukan sesuatu yang salah apabila penambahan plafond pinjaman tersebut dipergunakan untuk kepentingan yang sifatnya konsumtif, mungkin kebutuhan konsumtif itu wajib dipenuhi dan tidak dapat dihindari lagi. Bayangkan saja apabila kebutuhan mendesak tersebut untuk membayar biaya Rumah Sakit atau Dokter.

Saat ‘gajian’ seharusnya menjadi moment yang menggembirakan bukan sebaliknya. Berapapun gaji yang diterima tidak serta merta menjadi parameter seseorang dapat dikategorikan cukup dan mampu secara finansial. Gaji boleh besar namun akan tergerus dengan gaya hidup yang berlebihan dan konsumtif, sehingga uang yang diterima tidak memberikan manfaat sedikitpun, selalu kurang dan kurang. Sebaliknya dengan gaji yang kecil belum tentu disebut kekurangan secara finansial, tinggal bagaimana seseorang memanage dan bersikap di dalam situasi yang serba sulit ini.
Bahkan yang sering terjadi adalah semakin besar gaji yang diterima semakin banyak ‘kebutuhan’ yang harus dipenuhi, terutama kebutuhan sekunder yang menyangkut kepada gaya hidup dan bukan kebutuhan primer seseorang.

Marilah mulai dari sekarang, kita semua harus ‘pintar – pintar’ untuk bersikap agar pengelolaan keuangan keluarga dapat tepat guna dan sasaran. Karena dengan besar pasak daripada tiang akan memancing orang untuk mencari – cari dan berbuat negatif, dengan merugikan orang lain bahkan negara, dengan cara – cara seperti menipu dan korupsi misalnya. Kebohongan akan menimbulkan kebohongan yang lain, lantas apa artinya membina keluarga, kehancuran masa depan anak – anak dan keluarga nyata di depan mata, sungguh penyesalan yang tiada guna.

Gajian, merupakan moment untuk mempererat hubungan antar keluarga, ya anak ya bapak ya ibu, semuanya, seperti yang pernah saya rasakan dulu, saat keluarga tempo dulu belum mengenal lebih jauh dengan yang namanya fasilitas kredit konsumtif.
Tanggal muda merupakan ‘moment’ yang kami tunggu – tunggu sebagai anak dari kedua orang tua kami. Sekedar mampir untuk beli es campurnya Pak Jon di sebelah bekas gedung bioskop atau terkadang makan bareng dengan Bapak di warung nasi gandulnya Bu Sapto di Jl Gambiran, sekali tempo makan rawon bersama keluarga di rawonnya Pak Brengos depan pasar, juga pada saat musim penghujan makan sate kambing muda di depan bekas gedung bioskop, kesemua ‘moment’ tersebut masih terengkam jelas di benak kami, anak – anak Bapak (suargi) dan Ibu saat menjalani masa sekolah di sebuah kota kecil di penghujung paling timur propinsi Jawa Tengah.

Pesannya;
Gajian, semestinya tidak hanya sebesar enam puluh prosen saja yang kita bawa pulang!

Sekian,

Senin, Agustus 04, 2008


Peringatan toedjoeh belas agoestoes tahoen empat poeloeh lima, di tahun 2008 ini.

“TETAP PEKIKKAN MERDEKA”

Setidaknya nanti pada tanggal 17 dibulan ini kita bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaan yang ke-63.

Kemudian saya melihat tanggal merah di almanak, “Lho kok Proklamasi Kemerdekan RI nya tanggal 17 tapi tanggal 18 ikut libur?”.

Mungkin yang dimaksud adalah acara seremonial yang selalu didahului dengan menaikkan sang saka merah putih tetap dilakukan pada tanggal keramat tersebut, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa pada hari seninnya tanggal 18 menjadi hari libur nasional?

Kalau dikatakan dengan memperbanyak hari libur dapat meningkatkan peluang kunjungan wisata terutama wisata domestik, rasanya terlalu berlebihan. Mayoritas warga kita masih dalam taraf pemulihan atau bahkan sebagian yang lain masih belum memasuki taraf pulih, setelah diserang inflasi yang tak kunjung ‘ejakulasi’ sebagai akibat ‘penyesuaian harga bahan bakar minyak yang ditetapkan pemerintah sejak 24 mei lalu’.

“Uang darimana Pak, lha wong barusan ini saya memperpanjang utang di bank sampeyan untuk mbayar biaya sekolah anak-anak, kok sempat – sempate mikir wisata, bisa buat makan saja sudah untung,”

Demikian kata kerabat yang sehari-hari bekerja di instansi pemerintah alias pamongpraja menegaskan kembali bahwa betapa dahsyatnya dampak kebingungan pemerintah dalam menghadapi krisis minyak dunia terhadap kehidupan masyarakat kecil di negeri ini.

Bukan berkeinginan agar disebut sebagai warga negara yang mempunyai produktifitas tinggi, masalahnya dengan penerapan lima hari kerja saja, produktifitas yang kita berikan belum tercapai secara optimal, masih banyak lubang – lubang menganga di sana sini, masih belum banyak prestasi yang tercatat, target – target belum juga mencapai lima puluh prosen padahal bulan sudah menginjak bulan ke delapan di tahun dua ribu delapan ini. Juga perilaku kita masih jauh dari harapan, anti korupsi hanya menciptakan buih di bibir belum berupa tindakan – tindakan konkrit. Kalaupun tidak korupsi uang yang berakibat merugikan negara dan rakyat selaku pembayar pajak, sejauh ini kita para pekerja di level yang sama sekali tidak memiliki bargainning power masih saja melakukan hal – hal tidak terpuji, kalau tidak korupsi waktu ya korupsi pulsa kantor dengan melakukan panggilan telepon dan browsing internet diluar kepentingan dinas, ‘inilah wabah korupsi yang telah menyentuh semua sendi aparat negara’.

Enam puluh tiga tahun lamanya sejak bangsa kita merdeka secara fisik oleh kaum imperialis, namun masih saja belum merdeka secara utuh, kiblat kita masih negara – negara barat yang menganut liberalis dan kapitalis. Kitapun masih tunduk dengan perdagangan bebas yang dicanangkan negara – negara maju, yang jelas – jelas merugikan pelaku bisnis dan rakyat Indonesia karena ketidaksiapan kita dalam kompetisi global. Kita masih sangat bergantung oleh negara lain.

Sejatinya kita masih terbelenggu dan kembali ke zaman kerajaan Majapahit, Demak dan Mataram. Dimana, raja – raja dahulu kala mengalami metamorfosis berubah menjadi penguasa – penguasa daerah yang terdiri dari adipati – adipati dan kumpulan nayakapraja, dengan melalui otonomi daerah para penguasa berupaya semaksimal mungkin untuk terus meningkatkan upeti melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD), peluang yang berpotensi meningkatkan PAD di sah dan legalkan untuk terus menumpuk pundi – pundi kas daerah. Ironisnya upeti – upeti itu tidak seratus prosen mengalir untuk kepentingan pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Jangankan bermimpi PAD untuk kepentingan pembangunan dan kesejahteraan rakyat dengan nilai seratus prosen, terlalu naïf, dapat mencapai separuhnya saja itu sudah bagus. Lalu yang lain kemana? Wallahualam…..

BUKTINYA?!
Segala macam dalih dan pembenaran telah mereka siapkan, manuverpun telah lihai mereka kuasai dan menjadi kebiasaan serta telah berakar menjadi budaya. Mereka diibaratkan seperti belut yang diberi olie, licin dan pintar merangkai trik – trik agar korupsi berjamaahnya tetap langgeng dan berjalan lancar karena sulit disentuh namun kita warga awam jelas melihat ‘melo – melo’.

Yang jelas dan yang sedang dirasakan saat ini, dengan adanya raja – raja lokal, tidak sedikitpun mampu mengentaskan penderitaan kaum papa, mereka rakyat awam hanya populer kala musim Pilkada tiba.

Mungkin sekedar mendeskrepsikan bahwa pelanggaran itu ternyata ada, banyak orang sudah mengetahuinya :

Pertama; Jalan sebagai sarana transportasi yang dapat dikatakan sebagai modal awal dan utama kelancaran usaha, yaitu sebagai sarana berlalu lalangnya kendaraan untuk mengangkut hasil bumi dan mendatangkan bahan kebutuhan lainnya dari dan ke desa – desa, belum sepenuhnya terpelihara dan tercipta secara baik. Masih terlihat dan dirasakan masyarakat pelaku bisnis banyak jalan berlubang di depan mata, di depan lingkungan – lingkungan industri yang sampai berbulan – bulan tidak diperbaiki. Yang mengakibatkan terganggunya distribusi barang sampai ke tempat tujuan secara cepat.

Kedua; Demikian halnya dengan sarana dan prasarana kesehatan belum juga berpihak kepada rakyat papa. Kelancaran proses birokrasi hanya terlihat di iklan – iklan media yang akhir – akhir ini nampak gencar disosialisasikan oleh departemen terkait. Mereka para pelayan kesehatan masih bertampang sangar dan setengah hati saat melayani pasien tidak mampu. Pasien tidak mampu diibaratkan seonggok daging tanpa nyawa.

Ketiga; Lebih ironis lagi bahkan kita akan lebih nelongso lagi kalau berbicara masalah pendidikan.
Seorang teman yang telah berumur bercerita kepada saya, tentang anaknya yang hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sekarang ini betapa sulitnya untuk menembus sekolah negeri favorit/bagus.
“Untuk dapat sekolah di zaman edan ini tidak cukup hanya anaknya saja yang pintar, mesti di dukung dengan ketersediaan dana yang besar dari orang tua siswa”.
Masih mendingan anaknya tidak pintar – pintar amat akan tetapi orang tuanya mampu menyediakan dana yang bejibun. Untuk menyumbang kelangsungan hidup ‘sekolah’. Apalagi untuk tingkat perguruan tinggi, diantara mereka berdua yaitu mahasiswa yang lolos melalui jalur regular dengan mahasiswa yang lolos melalui jalur khusus, tidak dibedakan Nomor Induk (Registrasi) Mahasiswa. Padahal jelas – jelas keduanya terdapat perbedaan dari segi kualitas. Yang satu membeli dengan kemampuan otak, sementara yang lain membeli dengan materi (baca: uang yang banyak).

Keempat; Sementara fenomena lain, sebagian diantara mereka para pamongpraja dan nayakapraja (meminjam istilah ‘Panji Koming Kocaknya Zaman Kala Bendhu’-nya Dwi Koendoro Br) banyak yang tertangkap menjadi maling.
Telah sejak lama, kami masyarakat awam cukup punya alasan (meskipun sangat sulit untuk diteruskan ke ranah hukum karena ketidaktersediaan bukti yang cukup) untuk ‘skeptis’ terhadap para pamongpraja.

Mari kita lihat bagaimana seorang pamongpraja, mampu menjalani ‘gaya hidup’ dengan tinggal di lingkungannya, memiliki mobil dengan harga ratusan juta rupiah, beserta assesoris yang melekat di tubuhnya, handphone mutakhir, perhiasan emas bagus dan mahal, pakaian yang tidak murah, belanja bulanannyapun ke pasar – pasar modern yang banyak bertebaran di kota besar. Anak – anak mereka hidup berkecukupan sementara sang Bapak pekerjaannya hanya sebagai pamongpraja tidak memiliki usaha karena tidak punya jiwa entrepreneur, bukan berasal dari keluarga kaya sehingga tidak mungkin mendapatkan warisan yang bejibun.
Lalu darimana dana yang dipergunakan untuk dapat menjalani ‘gaya hidup’ demikian.
Kata Ebiet G A D “kita tanyakan kepada rumput yang bergoyang.”

Yang keterlaluan, kita hanya diminta untuk tetap sabar, katanya “siapa menanam pohon mangga akan memetik buah mangga, bukan buah yang lain.” Padahal di zaman sekarang ini, tanpa menanam pohon buah pun kita dapat menikmati buahnya di pasar buah, beli kemudian dikupas di rumah.
Kesabaran tetap berujung, masalahnya yang diemban pamongpraja adalah amanat rakyat yang harus dilakukan secara jujur dan adil, apalagi pada saat akan menjadi pamongpraja dulu mereka disumpah sesuai dengan agamanya masing – masing. Artinya perilaku mereka telah berkhianat terhadap Tuhannya.

Kelima dan seterusnya; Terangkum dan dikemas rapi didalam melakukan korupsi secara bersama – sama, telah menjadi budaya dan berakar dalam serta kuat mencengkeram bumi, dengan memelihara bersama ketidakbenaran demi kepentingan perorangan atau paling – paling maksimal untuk kepentingan golongannya. Bukan diatas segala kepentingan yaitu kepentingan bangsa dan negara.
Peringatan Kemerdekaan RI yang ke enam puluh tiga tahun ini harusnya tidak sekedar menjalankan ritual seremonial belaka, tindakan konkrit lebih diutamakan dan dihargai layaknya sebagai pahlawan baru dalam rangka mengisi kemerdekaan. Tidak perlu dengan mengangkat senjata untuk mendapatkan tempat di Makam Pahlawan kelak. Dan sebaliknya, jangan sampai masa tua berakhir di balik pengapnya jeruji penjara, hanya karena mengkhianati amanat yang di titipkan rakyat, berbuat kriminal dengan melakukan tindakan yang dapat merugikan negara demi menumpuk kekayaan pribadi.

Tetap pekikkan MERDEKA,
Semangat muda,
Berjuang demi bangsa dan negara ,
Tidak harus dengan ‘mikul duwur mendhem jero’ untuk generasi pendahulu yang tidak benar,
Tidak perlu harus melakukan ‘genocide’ terhadap generasi tua yang tidak tahu malu,

TETAP MERDEKA

Salam,