Minggu, Juli 13, 2008

Ikut cawe-cawe mensikapi Pilkada Jatim


Gak bisa tidur padahal besok hari senin & harus bangun sebelum Subuh untuk makan sahur sebagai syarat untuk “soum” sunnah


“Pilkada Gubernur & Wakil Gubernur”

Para kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur propinsi Jawa Timur belakangan ini sibuk mensosialisasikan diri agar dapat lebih dikenal dan mendapat simpati dari masyarakat calon pemilih. Mereka berkeliling dari kabupaten yang satu ke kabupaten yang lain dalam wilayah propinsi Jawa Timur. Tidak segan – segan keluar masuk perkampungan kumuh dan pasar – pasar tradisional. Dan tak ketinggalan pula aksi panggung hiburan dengan mendatangkan artis lokal maupun nasional. Berpidato dan berkampanye tentang visi dan missi manakala Beliau – beliau kandidat Cagub & Cawagub menjadi calon terpilih Gubernur & Wakil Gubernur periode mendatang. Kalau dicermati sungguh mulia makna yang terkandung di dalam visi dan missi yang disodorkan para kandidat Gubernur & Wakil Gubernur Jawa Timur ini, luar biasa!.
Dapatkah kita menyikapi secara positif dari isi dan janji - janji kampanye para kandidat sehingga kita semua masyarakat calon pemilih dapat berperan aktif ikut mensukseskan Pilkada yang akan di gelar tanggal 23 Juli 2008 mendatang supaya tidak lagi dimenangkan oleh Golongan Putih seperti yang sudah terjadi di beberapa propinsi lain yang juga baru saja melakukan kegiatan pilkada?


Namun demikian, hal tersebut merupakan hak masyarakat calon pemilih, akan mempergunakan hak pilihnya untuk memilih salah satu kandidat atau tetap memilih untuk tidak memilih alias tidak mempergunakan hak pilihnya untuk memilih salah satu dari para kandidat. Karena mereka bukan anak kecil lagi yang dapat sekedar ditenangkan dan dipuaskan dengan janji – janji manis para kandidat. Atau kita, masyarakat calon pemilih supaya tetap berprasangka positif bahwa apa yang dijanjikan oleh para kandidat pada saat kampanye merupakan janji – janji yang harus ditepati ibaratnya hutang yang harus dibayar kelak kemudian hari, sebab yang namanya hutang harus dilunasi sebelum ajal menimpa. Apalagi pada saat pelantikan nanti bukankah mereka di sumpah dengan mengatasanamakan Agama dan Tuhan-Nya.

Karena diantara sekian Kepala Daerah tidak semuanya mengingkari janjinya. Banyak sudah bukti bahwa kemajuan suatu daerah diperoleh dari hasil jerih payah para Kepala Daerah yang mempunyai komitmen untuk membangun dan memajukan masyarakat daerah yang dipimpinnya, bahkan telah diakui secara nasional dengan keberhasilannya memperoleh penghargaan bertaraf nasional.

Namun demikian kesemuanya berpulang kepada masyarakat calon pemilih, mereka akan memanfaatkan hak pilihnya atau tidak. Inilah konsekuensi demokrasi yang krannya telah dibuka sejak era reformasi sepuluh tahun silam. Toch apabila hasil Pilkada kelak prosentase perolehan terbanyak dimenangkan oleh Golput, hal tersebut bukan merupakan kesalahan KPU, namun merupakan gambaran demokrasi masyarakat kita saat ini.

Yang terpenting di dalam pelaksanaan Pilkada mendatang, pihak yang menang janganlah sewenang – wenang dan pihak yang kalah harus legowo dalam menerima kekalahan. Mereka harus tetap bahu membahu, karena kita adalah satu yaitu masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan bangsa. Sehingga mampu menciptakan masyarakat yang tertib, aman dan damai, paling tidak dalam lingkup masyarakat Jawa Timur.

Tidak ada komentar: