Minggu, Agustus 10, 2008

PERSIMPANGAN



Beberapa pekan yang lalu saya di telepon Pak Sukaris, dosen juga mantan Ketua Jurusan Ekonomi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik yang intinya :

1. Saya diminta untuk segera mengurus ijazah atau tanda kelulusan S1 yang masih terdampar
di kampus yang sama sejak setahun silam (sebelumnya saya hanya lulusan D3 dari Stikubank Semarang angkatan 88 kemudian melanjutkan ke S1 pada tahun 2001, lulus pada tahun 2007 setelah malas mengerjakan skripsi selama 4 tahun), untuk segera di serahkan kepada Ibu Rosi/Ketua Jurusan Ekonomi Manajemen yang baru.
2. Telah dibuatkan jadwal mengajar dosen tidak tetap untuk mata kuliah ekonomi perbankan, jadwalnya sore hari dari jam 16.00 sd 19.30 tiap - tiap hari sabtu.
3. Kalo point Pertama tidak segera di penuhi, masih diberi kesempatan untuk mengajar di semester depannya, karena sampai detik terakhir batas waktu yang ditoleransikan kepada saya oleh fakultas syarat tersebut belum juga saya tindak lanjuti.


Alasan saya untuk berpikir kembali tentang 'ambisi pribadi' :

1. Hari Sabtu merupakan saat off dan hari khusus untuk keluarga (kecuali kalo ada acara resmi kantor yang mewajibkan saya untuk hadir di kantor).
2. Suatu ketika, di hari Sabtu sore (dijadikan anak-anak menjadi acara rutin jalan-jalan sore), anak-anak mengajak untuk sekedar melepaskan kepenatan setelah satu minggu sekolah (terutama yang besar karena padatnya pelajaran kelas 1 SD).
3. Tidak tega rasanya untuk tidak meng-iyakan permintaan buah hati kami.

Lain - lain :
1. Saya belum memutuskan jadi mengajar ato tidak, toch saya masih diberikan kelonggaran sampai dengan semester depan.
2. Saya takut tidak mampu membagi waktu, untuk keluarga, terutama kepada anak-anak yang masih membutuhkan kedekatan dengan Bapaknya.
3. Kesempatan langka ini tidak akan datang untuk yang kedua kali kepada diri saya, diambil ato hilang selamanya.

Entahlah.......


2 komentar:

FAJAR S PRAMONO mengatakan...

Mas, menurut saya, Mas Nanang harus ambil kesempatan itu, se-SEGERA mungkin. Jangan biarkan "semangat" luntur karena waktu, atau mereka yang akan berubah pikiran.

Tentang hari keluarga, (1) pencapaian cita-cita selalu mensyaratkan "pengorbanan" (2) waktu antara pukul 16.00 - 19.30 di hari Sabtu menurut saya tidak terlampau menyita waktu keluarga. Jauh lebih menyita pada waktu aku dan kawan-kawan seperjuangan (jangan liat lulus atau tidaknya, hehe) bersemangat S2 di Jogja, di mana kami harus meninggalkan keluarga mulai Sabtu pagi-pagi hingga Minggu malam karena kami terpaksa menginap di Jogja (jam kuliah Sabtu dari 08.00 - 22.00, Minggu mulai lagi jam 08.00 - 18.00).
Apalagi UMG ada di jarak yang hanya beberapa kilometer dari rumah....

Kepentingan (bukan ambisi) pribadi (baca : keluarga) layak, bahkan harus dipertimbangkan. Tapi, menjadi pengajar/dosen, bukankah juga ambisi (baca : cita-cita) Mas Nanang?

Untuk keluarga, jika terpaksa kita mengurangi kuantitas pertemuan, maka bisa kita gantikan dengan peningkatan kualitas pertemuan. Untuk jalan-jalan sore, bersyukurlah, karena masih ada hari Minggu untuk itu. Atau, jika ketika Mas Nanang memang berkenan "tenggo" di hari kerja... jarak kantor-rumah yang tidak jauh, memungkinkan segalanya. :)

Thanks, salam maju terus!

Gus-Nhanks mengatakan...

Thanks Mas, memang sampai saat ini saya masih berpikir karena kesempatan datangnya cuma sekali, InsyaAllah akan tetap saya ambil....