Rabu, Oktober 29, 2008

HARI INI DI MERCURE MIRAMA HOTEL SURABAYA



Tiap kali mengikuti pelatihan, seminar atau apapun namanya yang penyelenggaranya pihak di luar perusahaan tempat saya bekerja atau lembaga yang main business-nya motivator.

Entah mengapa, kami (karena lebih dari satu, dua dan tiga account officer) sudah skeptis dulu.


Cenderung lebih hati - hati sehingga terkesan seperti gampang dan mudah skeptis barangkali secara otomatis ini adalah hasil didikan di tempat kami bekerja saat ini, untuk tetap skeptis terhadap seseorang, satu kelompok usaha atau siapapun yang nyata - nyata belum terbukti kejujurannya (new comers/customers).


Seperti tadi pagi dan acara - acara serupa yang pernah kami hadiri sebelumnya. Kami bukan melihat dari materi dan cara penyampaian sang motivator dalam memberikan tehnik - tehnik menjual yang "jitu".

Tetapi kami lebih melihat tentang apa - apa yang melatarbelakangi sang motivator, seberapa tinggi value yang diberikan dan berpengaruh kepada kami. Karena nyata - nyata menurut kami bahwa semuanya yang disampaikan, ternyata pernah kami lakukan dan rasakan. Lantas value yang mana lagi agar kami tetap jenak untuk meneruskan mengikuti acara hingga usai.


Atau barangkali kami, para account officer "tua" (karena generasi account officer pendatang rata - rata berselisih usia 10 tahunan lebih muda daripada kami), terlalu naif, sombong dan telah susah menerima masukan atau hal - hal yang menurut orang kebanyakan dianggap baik dan bagus.


Atau barangkali mind set kami yang keliru dan harus dirubah karena menurut kami bahwa motivasi sebagus apapun tanpa disertai reward yang bagus dapat diibaratkan seperti "tong kosong berbunyi nyaring".


Tapi rasanya tidak juga, sebab diantara peserta terdapat beberapa yang hadir hanya untuk memenuhi kewajiban tugas profesinya karena keesokan harinya mereka wajib membuat laporan kepada atasan/perusahaannya.


Nach lo........

Selasa, Oktober 28, 2008

US $ MASIH SAJA SOMBONG



foto:www.talkcyprus.org


Meski saya gak punya uang dalam valuta US $, tapi mengapa jadi ikut-ikutan spot jantung, manakala siang tadi US $ sempat menembus Rp. 12.000,- per dollar nya.
Mau sok kaya dan banyak US $ kok rasanya tidak, tapi dari waktu ke waktu yang tidak lepas dari pengamatan saya ya itu tadi mata uang punyanya paman Sam.

Sampai-sampai dalam blogroll saya tambahi situs www.bi.go.id supaya saya dapat lebih mudah mengakses pergerakan valuta asing terutama nilai rupiah terhadp dollar.

Kata orang awam, mungkin juga saya (awalnya), Amerika yang sedang dilanda krisis berat kok dollarnya masih terapresiasi. Yang ini diabaikan saja "cuma" menyangkut masalah demand dan supply atas US $ :)

*******

Banyak nasabah saya (nasabah yang saya kelola;red) terutama yang terkait dengan pergerakan nilai valutas asing, terkait langsung maupun turunannya.
Yang import maupun yang export, sama saja, sama - sama pusing.
Yang import pusing karena barang yang dibeli menjadi lebih mahal sedangkan yang export terutama untuk tujuan pasar tradisional seperti USA, Eropa Barat dan Jepang, pasar menjadi lesu karena daya beli melemah, meskipun terkonversi dengan perbedaan kurs tetap saja tidak sebanding dengan penurunan daya beli.

Sedangkan pasar non tradisional seperti Afrika, Timur Tengah dan Eropa Timur yang sebetulnya cukup menjanjikan ternyata produk andalan kita sulit bersaing karena produk dari negara pesaing lebih kompetitif. Salah satu penyebab lemahnya daya saing di pasar internasional karena terjadinya ekonomi biaya tinggi sehingga berakibat harga jual lebih mahal dibandingkan negara pesaing. 

Sebetulnya masih terdapat beberapa celah agar produk kita dapat bersaing di pasar internasional, yakni dengan peningkatan kualitas yang telah ada saat ini serta memperkenalkan produk - produk Indonesia dengan merk Indonesia.

Hal ini telah dibuktikan oleh salah satu nasabah saya, yang bergerak dibidang furniture, export terbesarnya ke pasar tradisional yaitu negara - negara di kawasan Timur Tengah. Dan yang lebih membanggakan lagi, sejak lama telah memakai merk asli Indonesia.

Semoga krisis global dan juga krisis multi dimensi yang telah lama melanda Nusantara tercinta dapat segera berakhir.
Karena kita yakin bahwa yang selain Allah tidak akan pernah kekal dan pasti berakhir. Tapi kapan????  
 
 


Senin, Oktober 27, 2008

I Q R O


Disela-sela kesibukannya, masih disempatkan untuk membaca novel import karya Indu Sundaresan, yang asli India itu, novel tentang gadis jelata yang membuat sang Sultan jatuh hati "Mehrunnisa the Twentieth Wife".

Novel setebal 551 halaman itu diselesaikannya dalam kurun waktu tidak lebih dari 3 minggu.

Kemarin, pada hari minggu di sebuah toko di Surabaya diliriknya sebuah novel dengan judul "Lafazh-Lafazh Cinta", dipegangnya dan dilihatnya kemudian diletakkan kembali (maklum tabiat perempuan, perhitungan dengan harga yang tertera dibalik kemasan buku).

Melihat semangat membacanya mulai bertunas kembali, tak tega rasanya membiarkan novel itu tak terbeli.
"Daripada kebawa mimpi," gumamku namun tak sampai terdengar olehnya.
Kusambar novel itu dengan sepengetahuannya, tanpa protes dan hanya tersenyum kecil. Meski beberapa lembar rupiah melayang lagi, namun yang tak dapat terbeli adalah manakala melihatnya membaca di kala senggang diantara kesibukannya sebagai ibu rumah tangga yang juga perempuan pekerja kantoran serta ibu dari dua orang anak yang masih kecil. Betapa repotnya, tapi masih dapat meluangkan waktu. 
"Daripada ngrumpi," katanya suatu ketika.

IQRO: demamnya tidak sampai menggigil......

Jumat, Oktober 24, 2008

Jamuan malam di Hyatt






Seperempat malam di Hyatt di Malam Jumat 23-10-2008



Udara gerah kota Surabaya sore itu tidak menghalangiku untuk menjejakkan langkah kakiku ke hotel Hyatt. Untuk dapat tetap menyambut tamu, tepatnya nasabah-nasabah BRI yang based usahanya export import. Ini sangat terkait dengan krisi global. Karena presenternya dari Divisi terkait. Nerocos ngalor ingdul tentang L/C dan teman-temannya.

Sedianya acara dimulai pukul 18.00, mungkin panitia melihat masih banyak tempat duduk yang kosong sehingga acara baru mulai dibuka pukul 19.00.

Katanya menu hotel berbintang yang lezat, enak dan menggugah selera makan, ternyata sedikitpun tidak mempengaruhi niatku untuk meski sedikit menyentuh makanan yang terhidang, meski lapar mulai menghampiriku.

Hanya kuhampiri es Menado yang membuat kerongkonganku naik turun membayangkan segarnya minuman manis dingin itu.

Meski acara berlangsung singkat, namun tanggapan audiens sangatlah positif, karena mereka dapat bertanya dan berkeluh kesah mengenai pelaksanaan di lapangan sepuasnya.

BRI, yang dulu kita kenal hanya melayani masyarakat kecil di lingkup pedesaan, ternyata telah meng-Global.

Buktinya: nasabah-nasabah tersebut datang dari penjuru Jawa Timur, dari tingkatan home industri sampai pabrikan.

Bukti lain: saham BRI masih lebih dipercaya diantara bank-bank Himbara & Perbanas.

Sungguh luar biasa, baru sekarang saya merasa bangga, jauh dari lubuk hati terdalam, bukan sekedar untuk menyenangkan atasan, namun lebih kepada rasa haru yang tiada tara.






Minggu, Oktober 19, 2008

AKU LEBARAN BERSAMA KELUARGA


pengin numpang karya di blog-nya Papa, ntar kalo besar mau bikin blog sendiri


Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh….


Aku bersama keluarga Papa, Mama, Adik dan Eyang Putri berangkat hari selasa tanggal 30 September 2008 mudik ke semarang ke rumah nenek buyut dengan mobil yang disetiri Papaku. Bersama Papa, Mama , Adik dan Eyang Putri berangkat pagi hari dan sampai di sana siang hari.
Setelah itu aku istirahat dan main PS 2 sampai malam lho ………

Kemudian pagi harinya aku bersama keluarga pergi Sholat Idul Fitri di masjid dekat rumah Eyang Putriku. Setelah itu aku dan keluarga pulang dan diteruskan dengan main PS sepak bola dengan Om ku, seru lho ….
Setelah capek aku tidur siang dan pagi nya ada yang datang di rumah nenek ku

Siang harinya setelah bersilaturahmi ke tetangga-tetangga Eyang Putriku, kami bersama dengan keluarga pergi ke rumah nenek buyutku dan sungkem serta sholat Maghrib.

Bersama Om ku dan Papa ku, keesokan harinya aku pergi ke mal

Keesokan harinya ke mal lagi bersama dengan Eyang Putriku, kemudian sorenya atau jum’at sore aku pulang ke Gresik dengan mampir ke Rembang dulu, menginap semalam.

Pada siang harinya aku bersama keluarga pulang ke Gresik. Sore harinya sampai di GKB kemudian aku di titip kan ke rumahnya Budeku dan malam nya aku ke rumah Eyang Putriku yang satunya.

Setelah malam kami pulang ke rumah.


Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh……

SOPAN FORMAL YANG (terkadang) MENJEMUKAN


pre focus group Forum Peningkatan Kinerja BRI Gresik di Batu, 15-16 Nop 2008


Yang sedang trend saat ini di dunia pelayanan atau jasa adalah standart pelayanan baik untuk menjual jasa atau menjual barang agar customer, pelanggan, klien, konsumen merasa puas dan terlayani dengan baik. Seperti yang sering kita lihat di beberapa tempat dimana resepsionis hotel, customer service di perbankan atau usaha jasa lainnya, pramugari pesawat terbang, pramuniaga di counter – counter pusat perbelanjaan, di rumah sakit – rumah sakit dan lain – lain. Mereka berlomba – lomba untuk berbahasa dan bersikap yang memenuhi standart tertentu agar pelayanan tersebut dapat dikategorikan baik dan bagus. Pelatihan – pelatihan dan meeting – meeting diadakan oleh masing – masing perusahaan tersebut agar para karyawannya terutama yang terkait secara langsung dengan pelayanan kepada customer, klien, pelanggan, konsumen dapat secara optimal memberikan pelayanan yang terbaik dan terbagus.


Namun sepertinya mereka hanya melakukan untuk kepentingan profesionalisme, kurang menyentuh dan tidak timbul dari lubuk hati yang paling dalam sehingga terkesan pelayanan tersebut tidak dilakukan secara iklas. Sepertinya mereka hanya memenuhi standart pelayanan yang diwajibkan oleh perusahaan pemberi kerja. Senyum mereka hanya senyum formal sebagai kewajiban profesional dan sikap sopan mereka serasa hambar.

Buktinya begitu usai jam kerja atau oper shift, sikap mereka kembali cuek dan acuh tak acuh terhadap para customer, klien, pelanggan dan konsumen meski mereka masih berada di dalam area perusahaan tempat mereka bekerja. Terlihat jelas karena seragam mereka masih melekat.

Setidaknya meskipun mereka telah lepas jam kerja atau oper shift, mereka masih dapat menerapkan standart pelayanan antara lain dengan bertegur sapa terhadap orang – orang di sekitar tempat mereka bekerja atau minimal tersenyum. Sekali lagi ini masih di dalam area tempat mereka melakukan pekerjaan, sehingga nama perusahaan masih terbawa meski mereka tidak sedang melakukan pekerjaan rutin sebagai tenaga pelayanan.


Standart pelayanan yang diterapkan oleh perusahaan – perusahaan yang menjual jasa, perusahaan – perusahaan yang berhubungan dengan pelayanan umum sangat bagus dan memang seharusnya demikian agar tujuan perusahaan untuk memuaskan customer, klien, pelanggan, konsumen dapat tercapai sehingga mereka akan kembali untuk bertransaksi di perusahaan tersebut.


Lain halnya dengan perusahaan – perusahaan yang telah lama melakukan pelayanan terbaiknya namun tidak standart atau baku, para tenaga pelayanannya telah melakukan dengan cara mereka sendiri dengan berimprovisasi sehingga tetap terjalin kedekatan hubungan antara mereka yaitu antara tenaga pelayanan dengan customer, klien, pelanggan dan konsumen yang mereka layani. Mereka yang melayani melakukannya dengan tulus iklas demikian pula yang dilayani. Tidak hambar karena diantara mereka sering terlibat sendau gurau dan canda tawa bahkan yang sudah terlanjur akrab diantara mereka saling menanyakan tentang kabar masing – masing. Sungguh luar biasa indahnya. Tidak baku dan hambar serta hanya untuk memenuhi tuntutan standart pelayanan perusahaan tempat mereka bekerja.


Standart pelayanan harusnya disertai dengan upaya dan perasaan seolah – olah telah terjalin hubungan yang lama diantara mereka sehingga pelayanan yang diberikan dapat lebih membumi, dapat lebih terasa oleh customer, klien, pelanggan, konsumen sehingga pengguna pelayanan tidak hanya merasa bahwa mereka mendapatkan pelayanan hanya karena mereka membayar, bukan karena formalitas dan sekedar tuntutan profesionalisme pekerjaan.


Pernahkah melihat dan menyaksikan penerapan standart pelayanan dari perusahaan nasional yang diterapkan di beberapa cabang - cabang atau kantor – kantor perwakilannya di daerah – daerah atau kota – kota kecil di sebagian pelosok nusantara. Diantara mereka yaitu pemberi layanan dan penerima layanan, sebetulnya telah terjalin hubungan emosional yang jauh melebihi dari sekedar hubungan pemberi dan penerima layanan. Tiba – tiba keharusan guna memenuhi standart pelayanan yang dibakukan oleh kantor pusatnya, hubungan tersebut menjadi terlihat sebaliknya lucu dan hambar. Nampak aneh karena hubungan diantara mereka telah terbiasa menerapkan sikap dan perilaku yang jujur dan tidak dibuat – buat untuk kemudian harus berubah sesuai dengan standart pelayanan yang diterima dari Jakarta. Bahasa “prokem” nya pun dianggap tidak sah dan tidak memenuhi standart pelayanan. Mereka, masyarakat penerima layanan di jejali oleh “budaya kota” yang belum tentu cocok dengan nilai budaya dan kebiasaan yang telah puluhan tahun mereka lakukan dan kerjakan di daerah. Tujuan utama standart pelayanan adalah agar supaya penerima layanan merasa terpuaskan dan akan kembali lagi untuk bertransaksi ke perusahaan tersebut. Di daerah, mereka melakukanya tidak hanya di area pekerjaan saja, diluar area pekerjaan dan di kehidupan sehari – hari mereka telah melakukannya setiap kali bertemu. Hal yang telah demikian indahnya haruskah dirubah untuk sekedar memenuhi standart pelayanan yang diterapkan oleh kantor pusatnya. Penerapan standart pelayanan tercipta sebagai akibat kekurang dekatan hubungan antara tenaga pemberi layanan dengan penerima layanan, sehingga diperlukan sebuah formula yang mengharuskan tenaga pemberi layanan memberikan layanan terbaiknya kepada penerima layanan sebagai imbalan rupiah yang telah diberikan. Hubungan mereka tercipta secara professional, kurang tulus dan terasa hambar.


Kiranya, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan tentang penerapan budaya pelayanan yang kurang membumi dan hanya sekedar memenuhi standart layanan yang selama ini telah banyak dilakukan oleh tenaga – tenaga pelayan di perusahaan – perusahaan yang acap kali berhubungan dengan pelayanan umum. Mungkin, banyak faktor yang menyebabkan kekurang membumi dan hanya sekedar memenuhi standart layanan dari seorang tenaga pelayan yang mengakibatkan mereka melakukan hanya sekedarnya, hanya untuk memenuhi tuntutan perusahaan agar tidak terkena penilaian negative dari perusahaan.

Karena, kami sebagai penikmat layanan terkadang ingin tertawa (bukan bermaksud melecehkan) dan bertanya kembali di dalam hati, "bukannya lain ladang lain belalang lain kolam lain pula ikannya". Tidak dapat di generalisasi atau dalam bahasa Inggrisnya tidak bisa di “Gebyah Uyah” untuk diterapkan di seluruh daerah.

Tetapi semua berpulang kepada kita selaku penikmat pelayanan. Toch, masih lebih baik dan lebih bagus dibandingkan apabila tidak dilayani sesuai dengan standart pelayanan.
Bukan begitu?

Rabu, Oktober 15, 2008

LIBURAN LEBARAN VANA



.........belajar membuat cerpen..........


Sebetulnya hari ini masih libur karena Vana memang sedang mengambil cuti untuk meneruskan liburan lebaran tahun ini. Namun karena beberapa menit yang lalu ponsel di atas meja berbunyi dan bergetar, yang ternyata sms dari mantan pacarnya. “Entah tahu darimana Syah, sang mantan itu punya nomor ponselku,” gumam Vana setengah neg namun masih terpancar sisa – sisa rasa sayang terhadap pria yang telah mencampakkannya itu.

Tiba – tiba, masih terekam jelas peristiwa sepuluh tahun yang lalu ketika Syah harus meninggalkan dirinya, untuk menempati pos barunya sebagai tenaga pemasar di kota Surabaya. Padahal ketika itu nafas cinta diantara keduanya masih hangat – hangatnya, masih ranum – ranumnya seperti buah semangka di pondok buahnya Pak Di. Ya Pak Di, di pondok buah itu beberapa bulan sebelumnya mereka bertemu dan berkenalan serta berikrar untuk melanjutkan hubungan setelah beberapa minggu kemudian kembali bertemu. Dengan disaksikan oleh belahan buah semangka ranum yang sebagian belahan lainnya dibeli pelanggannya Pak Di.

Mereka sama – sama dua makhluk yang kesepian dan capek serta hampir putus asa untuk mencari cinta sejati kala itu. Karenanya mereka merasa cocok dan sepakat untuk melanjutkan hubungan. “Inilah kapal terakhir yang singgah di pelabuhan hatiku,” pekik Vana sembari melepas gaun yang dikenakan malam itu setelah pulang dari berkencan dengan Syah. Di kamar kostnya di bilangan jalan Pandanaran Semarang. Nampak jelas kebahagiaan yang terpancar di raut wajahnya yang putih bersih seperti kulit bayi.

Serasa baru kemarin saja Vana melepas Syah di terminal bus Terboyo Semarang untuk meneruskan perjalanan ke kota Pahlawan Surabaya. Sampai – sampai Vana ingat betul bus Jawa Indah yang membawa kekasihnya pergi untuk meniti karir itu.

Vana hanya bisa menangis sedih di kamar kostnya sepeninggal Syah, kekasih yang sangat dia cintai itu. Vana takut kehilangan, dia takut cita cintanya akan kembali jatuh terjerembab ke jurang yang semakin dalam.

“Vany…….Vany……sarapan disit mbok, ben maag-e belih kumat,” teriak sang Ibunda sekaligus membuyarkan lamunannya tentang peristiwa sepuluh tahun silam itu.

Di rumah orang tuanya di bilangan perumahan Berkoh Purwokerto itu, Vana menghabiskan liburan lebarannya bersama dengan orang tua semata wayangnya, sang Ibunda tercinta karena Bapak yang dia cintai telah berpulang ke Rahmatullah beberapa tahun silam. Sedangkan adiknya telah kembali ke Jakarta bersama dengan adik ipar dan keponakan – keponakan Vana.

Dia baca isi sms dari Syah, pria yang pernah begitu dia cintai :
“Aing…(demikian panggilan sayang Syah kepada Vana) Mas skrng sdg di Semg tugas ktr bbrp hr, g tau mo nginep dimana,Mas kangen & pengin ktemu,msh kost di tempat yg dl?tks”.

Ternyata sms ini merupakan upaya terakhir Syah untuk dapat menghubungi Vana setelah beberapa panggilan tak terjawab yang terekam di ponsel Samsung i 700 milik Vana.

Dalam kebimbangan antara mau menjawab sms atau tidak menggubrisnya sama sekali, Vana lunglai, lemas, perih karena lukanya belum kering benar meski telah sepuluh tahun silam kejadian itu berlalu. Tiba – tiba rasa rindunya beradu dan berkecamuk dengan rasa marah dan benci. Kebenciannya jauh melebihi tatkala sepuluh tahun silam Syah hilang tanpa kabar sama sekali.

“Kenapa Dia datang kembali disaat aku sudah memutuskan untuk menutup rapat semua pintu untuk semua lelaki,” celotehnya dalam hati.

“Aku sudah merasa bahagia dengan kehidupanku yang sekarang, materi yang berkecukupan, kehidupan yang mandiri dan tanpa gangguan orang – orang yang dapat membatasi ruang gerakku,” lanjutnya berceloteh di dalam sanubarinya.

“Meski jauh di dalam hatiku, terkadang aku membutuhkan sentuhan lembut tangan kekar seorang lelaki, lelaki yang aku cintai, lelaki yang dapat aku yakini mampu untuk memberikanku sandaran hingga hari tuaku tiba kelak, lelaki yang dapat membahagiakanku sepanjang waktu,” sambungnya masih di dalam hati.

Disambarnya handuk di jemuran samping rumah untuk kemudian dibawa ke kamar mandi, sementara matahari pagipun menyapanya dengan menerawang lekuk – lekuk elok tubuhnya berbalut gaun tidur berbahan sutra yang tipis, masih saja “moleh” ditambah kulit putihnya yang bersih meski usianya kini sudah tidak muda lagi, gurat – gurat kecantikannya masih nampak jelas terlihat meski kerutan – kerutan kulit wajahnya dan beberapa helai uban menghiasi kepalanya.

Vana sedikitpun tidak mempunyai rencana untuk menemui Syah di Semarang. Namun demikian masa liburan lebaran di Purwokerto pun tiba – tiba segera akan diakhiri, untuk selanjutnya menempuh perjalan pulang ke Semarang, dengan mengendarai Honda Jazz warna kuning, warna kesukaan Vana sekaligus Syah.

“Jare rencanane pan nang salon, creambath sekalian mampir nang omahe Bulekmu Sri, karo njaluk digawekna sambele Bulekmu Sri sing uenak kuweh,” ujar Ibunda Vana dengan logat banyumasan campur tegalan sebagai upaya agar kepulangan Vana ditunda besok atau lusa.

“Kenangapa sih buru – buru bae mulih nang Semarang?” lanjut Ibunda Vana sembari tetap berusaha untuk menahan kepulangan anak perempuannya itu.
“Belih kenapa – kenapa, inyong nembe kemutan wis ana janji karo kanca kantor,” jawab Vana sambil nyari – nyari alasan yang pas.

“Ach…Ibu ini tidak tahu bagaimana suasana hati anak perempuanmu sekarang ini, senang-susah-kesal bahkan neg telah teraduk dan bercampur dalam gelas hati yang rasanya semakin rapuh saja,” keluh Vana sembari memasukkan tas dan beberapa bungkusan ke dalam mobilnya.

Dengan setengah hati Ibunda Vana melepas kepulangan Vana ke Semarang dengan menyetir sendiri mobilnya.

Setelah membeli oleh – oleh gethuk Sukaraja dan beberapa oleh – oleh khas Purwokerto lainnya, Vana kembali memacu mobilnya melewati jalanan yang masih saja ramai oleh kendaraan pemudik meski cuti bersama lebaran telah usai beberapa hari yang lalu.

Masih saja berkecamuk di dalam hati Vana, mengingat isi sms dari Syah tadi.

“Tega – teganya kamu memperlakukanku seperti ini Mas,” sambil tak terasa air mata mulai membasahi pipi putih mulusnya yang dulu pernah begitu akrab dengan sentuhan dan belaian sayang lelaki bernama Syah.

Kemudian diusapnya pipi Vana dengan tisu yang sengaja ditaruh di dashboard mobil.

“Aku bukan perempuan ingusan lagi, aku bukan gadis yang baru kenal cinta pertama, aku gak boleh cengeng, apalagi hanya karena urusan laki – laki,” geramnya sambil diiringi alunan musik tape mobil dari lagu – lagu instrument miliknya Yani.

Senin, Oktober 13, 2008

KARIR & KELUARGA


enaknya punya smart phone...bisa bikin konsep tulisan dimanapun
seperti saat tulisan ini dibuat, penulis sedang berada di gerbang 1 kursi 4c-4d Kereta Api Eksekutif Rajawali, perjalanan menjemput Ibunda tercinta (satu-satunya orang tuaku yang masih tersisa, tak khan kusia-siakan waktu dan pikiranku untuk tetap membahagiakan beliau, karena untuk membahagiakan Bapak, waktu yang dimiliki Bapak tidaklah cukup dan tidak sabar menungguku hingga "cukup" materi seperti saat ini) dari Semarang menuju Surabaya tepatnya Gresik.

Mungkin di usia yang hampir menginjak 40 tahun ini semakin memberikan banyak arti, peningkatan kadar kedewasaan, pemahaman hidup dalam berkeluarga dan berinteraksi sosial dengan masyarakat luas, meski masih berkadar kecil pastinya telah terdapat perubahan ke arah positif.

Dan yang membuatku lebih merasa beruntung, manakala 10 tahun yang lalu aku telah sangat berani untuk mengambil suatu keputusan untuk keluar dari area yang kusebut sebagai area semu kebahagiaan materi. Selain telah mendapatkan keluarga yang harmonis, sebagian besar wawasan, pengalaman dan ilmu aku dapatkan ketika secara struktur aku harus berhubungan dengan orang - orang pintar, punya jabatan dan orang - orang yang aku anggap lebih baik dariku. Pemahamanku semakin melebar dan terbuka, aku merasa telah mendapatkan peningkatan kualitas hidup dalam diriku. Meski pada kenyataannya jabatanku yang sekarang tidak memberikan asupan materi yang berlebih jika dibandingkan dengan apabila aku tetap di Tegal untuk tetap menekuni karirku yang lama, yang secara otomatis dapat aku raih dengan relatif mudah, hanya dengan bermodalkan "pintar-pintar" menjalin hubungan, relatif tanpa upaya keras terlebih kemampuan akademik dan manajerial. Namun di satu sisi kalau aku tetap di Tegal, lingkup pergaulanku yang tetap "mikro", tidak tahu dunia luar.

Disini aku dapat banyak ilmu dari yang sekedar mendengar pembicaraan para pejabat - pejabat setingkat provinsi layaknya seperti mendengarkan kuliah atau seminar - seminar atau ceramah - ceramah dan lain-lain.

Belum lagi kalau aku ketemu dengan para praktisi ekonomi dan dunia usaha, para pengusaha dan pedagang besar juga industriawan yang tentunya materi yang dibicarakan lebih membumi, tentunya juga disisipi intrik, tipu muslihat serta poloitik pedagang, justru dengan begitu lebih memberikan pelajaran yang sangat berarti bagiku yang tidak pernah aku peroleh di bangku kuliah apalagi di duniaku sebelumnya.

Mikro, diciptakan memang untuk kalangan kecil, mind set dan "pelayan" nya pun harus menyesuaikan agar tetap dapat exist.

Mikro, merupakan "rumah sakit bersalin" yang telah melahirkanku, kemudian tumbuh dan besar di ritel dan menengah.

Jauh sebelum disini, tatkala masih di mikro dulu, aku sudah merasa tidak cocok. Aku yang "kecil" ini akan merasa dan menjadi lebih kecil lagi apabila tetap tinggal disana.

Terima kasih Allah, Engkau telah memberikanku banyak, sebanyak yang aku pinta dan sebanyak yang aku harapkan.

Kalaupun Engkau belum atau tidak mengabulkan permintaan - permintaanku, mungkin permintaan - permintaanku itu serasa tidak masuk akal manusia dan cenderung berlebih, Engkaulah Yang Maha Tahu ya Allah.

Mungkin aku sosok yang tidak pernah merasa puas dan cepat bosan di satu jabatan, namun karena keterbatsanku yang mengharuskanku untuk tetap memperhatikan keluarga yang menjadi tanggung jawabku, sehingga menjadikanku tidak leluasa di dalam "bermanuver" atas karirku dengan mengikuti up grade atau job opening yang berkonsekuensi "mahal" untuk keluargaku. Dampaknya timbul penyakit psikologis atas diriku yang merasa tidak puas sehingga menjadikanku sosok yang agresif untuk melakukan "pemberontakan - pemberontakan" kecil.

Pengertian "yang dituakan" bagiku harus melebihi segalanya dalam hal ilmu dan pengalaman serta cara berpikir yang seharusnya jauh lebih matang, bukan sebaliknya. Ironisnya manakala pengertianku tidak sesuai, aku menjadi sosok yang naif, yang keminter bahkan "kemlinthi".

Entah benar atau tidak kata orang tentang keberhasilan karir yang berbanding lurus dengan keberhasilan di dalam kehidupan berkeluarga. Sama-sama terpenuhi keduanya. Dapat pula diraih secara bersamaan.

Butuh "materi" yang banyak untuk "mengkawinkan" kedua keberhasilan tersebut. Untuk ukuran manusia sepertiku rasanya kesulitan yang telah nampak di depan mata.

Pilihannya karir atau keluarga?

Bagaimanapun aku harus tetap berterima kasih kepada Allah yang telah memberikanku kehidupan materi yang "cukup", keluarga yang bahagia dengan istri wanita karir yang cantik, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan.... "lengkap" (untuk menggantikan kata sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah semata).

Juga kepada orang-orang pendahuluku, yang dituakan daripadaku, karena mereka adalah orang - orang yang selalu aku hormati......... (terkadang kalau tidak keduluan sama lupa).

Kamis, Oktober 09, 2008

KELEDAI KEBAHAGIAAN




copy paste tanpa editing by: anonim


Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Akhirnya, si petani memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup karena berbahaya), jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Dan ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya.Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian . Tetapi kemudian, semua orang takjud, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur. Si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu menaiki tanah itu.

Sementara tetangga2 si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik.Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari "sumur" (kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran dan hati kita) dan melangkah naik dari "sumur" dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari "sumur" yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah!

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :

1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan.
3. Hiduplah sederhana.
4. Berilah lebih banyak.
5. Berharaplah lebih sedikit.
6. Tersenyumlah.
7. Miliki teman yang bisa membuat engkau tersenyum

Seseorang telah mengirimkan hal ini untuk kupikirkan.

Maka aku meneruskannya kepadamu dengan maksud yang sama.

Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau waktu kita yang terburuk, inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini.

Senin, Oktober 06, 2008

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H



Lebaran dan pulang kampung telah usai.
Keadaan telah kembali berjalan normal.
Yang orang kantoran telah kembali bekerja di kantor.
Yang pedagang telah kembali menata dagangannya.
Yang pengusaha telah kembali mengatur strategi agar dampak krisis yang tengah terjadi di negaranya Paman Sam tidak ikutan berimbas di Nusantara.
Yang korupsi, makelaran kasus, makelaran apa saja yang dapat menghasilkan uang dengan memanfaatkan kedudukan dan jabatan, mulai kembali beringas, seolah hari - hari selama hidup di dunia hanya untuk mengumpulkan harta sebanyak - banyaknya agar anak dan cucu tidak mati kelaparan, mampu menyekolahkan di sekolah favorit, mampu mengobatkan sanak famili di rumah sakit - rumah sakit yang bagus dan mahal, mampu berlibur di tempat wisata dan hotel berbintang bersama keluarga besarnya, rutin mengunjungi mall dan butik tiga kali dalam seminggu, mampu membiayai istri ke salon dua kali seminggu, ke spa, atau bahkan mampu menghidupi istri simpanan.
Astaghfirullah..................

Lebaran dan setelah sebulan penuh berpuasa......
Dan kini saatnya untuk "kemaruk"
Ya kemaruk makan, ya kemaruk nyari rejeki, ya kemaruk apa saja
Yang penting dapat dan berhasil
Ndak tau itu halal, haram ataupun wallahuallam.....

Yang kemaruk makan akan makan sebanyak-banyaknya sampai "kemlakaren atau kuwaregen"
Yang kemaruk nyari rejeki ya "nrobos sana nrobos sini" supaya tender - tendernya segera dapat dimenangkan dan disubkont-kan kembali.....CUMI (CUma nyari koMIsi)
Yang kemaruk apa saja ya berbuat apa saja pokoknya dapat untung, ndak tau yang lain buntung (EGP:emang gw pikirin)

Yang terpikir sekarang adalah bagaimana caranya "ngumpulin duit sebanyak-banyaknya" untuk bekal mudik lebaran di tahun depan (emangnya siapa yang bisa njamin lebaran tahun depan masih ikut merasakan)
Untuk modal pamer kepada teman, kerabat, sanak saudara bahwa "saya ini sudah sukses di tempat rantau"
Sah sah saja mamer-mamer kan bondho nya ke orang lain ndak papa
Sing penting corone nggolek sing bener lan pener

Elingo :
1. Manusia harus nyari bekal yang banyak buat sangu di akherat nanti
2. Roda kehidupan tidak selamanya berada diatas, jangan takabur
3. Manusia itu pasti akan mati, apa sudah siap mati? belum to! mbok ya jangan kemaki!

Banyak problem yang masih harus diselesaikan setelah pesta religi Idul Fitri, hari kemenangan (tentunya hanya bagi yang menjalankan ibadah puasa saja, sedang yang lain dapat lebarannya saja). Kualitas beribadah yang didahului dengan adanya perubahan dalam bersikap terutama dalam hal hubungan dengan sesama manusia harusnya lebih beradab. Baru kemudian dilanjutkan dengan hubungan dengan TuhanNya, sikap khusuk dalam menunaikan ibadah harus lebih meningkat dibanding sebelumnya.
Kalau hal - hal tersebut tidak sanggup untuk dipenuhi, percuma saja mengaku - ngaku menjadi manusia yang beradab sementara sikap dan perbuatan sedikitpun tidak menunjukkan atau bahkan sedikit mewakili sebagai manusia beradab.

Ritual religi, pakaian religi, asesoris religi telah banyak terlihat baik di tempat - tempat peribadatan, di rumah - rumah, di mobil, di kantor, di ruang kerja dan pakaian yang dikenakan.

Semuanya hanya terlihat sebagai simbul belaka bahwa "saya ini salah satu manusia yang berkeTuhanan YME"

Fenomena ini banyak sekali terlihat jelas di saat ini
Makanya sekarang ini kita harus lebih berhati - hati bahwa :"apa yang terlihat belum tentu seperti apa yang terkandung di dalamnya"
Manusia - manusia berhati serigala semakin banyak berkeliaran di luar sana

Mungkin kalau tidak mau disebut pasti, kita salah satu diantara mereka yang berhati serigala...baik yang disebabkan karena tuntutan profesi, tuntutan kebutuhan ekonomi, tuntutan dalam kehidupan bersosial, tuntutan apa saja, yang seolah - olah melegalkan kita untuk berbuat seperti serigala yang siap memangsa siapapun yang lebih rendah, yang lebih lemah, yang lebih miskin, yang lebih bodoh

Semoga di hari yang Fitri ini, paling tidak sebagian dari kita (terlalu naif kalau semua dari kita) disadarkan hatinya untuk segera bertobat, menyesali dan tidak akan mengulangi perbuatan - perbuatan yang Allah tidak sukai agar ketentraman dan gemah ripah loh jinawi di negeri yang katanya subur makmur ini segera dapat terwujud bukan hanya sekedar jargon yang saat ini telah ramai dalam rangka pilpres 2009.

Amin...