Minggu, Desember 07, 2008

BANGKITLAH BANGSAKU


image : www.writtenbyhim.wordpress.com

Kelaparan akan segera menghinggapi negeri paman sam, kupon dan voucher makan gratis telah dibagikan kepada penduduknya yang entah berapa ribu atau juta yang telah mengalami pemutusan hubungan kerja, sehingga untuk memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusia saja mereka sudah tidak bisa lagi. 


Dengan tumbangnya kekuatan ekonomi dunia yang selama ini berkiblat kepada negara adidaya Amerika Serikat, dan setahap demi setahap pergeseran kekuatan ekonomi “kembali” ke arah timur yang dikomandani oleh China, India, Jepang, Korea Selatan, Malaysia serta Singapura. Kembalinya kekuatan timur seperti mengingatkan kita kepada zaman kebesaran dinasti – dinasti dan kekaisaran – kekaisaran China di abad silam. Kekuatan tentara perangnya membuka jalan untuk melakukan asimiliasi kebudayaan, sosial, ekonomi dan sains dengan penduduk “terjajah”. Demikian pula dengan “kegemaran” bangsa Arab dalam berperang menaklukkan bangsa – bangsa hingga ke Eropa kala itu. Kekuatan Asia sebentar lagi akan teraih kembali oleh sang empunya kebudayaan yang tinggi, kebudayaan Asia, diakui atau tidak budaya Asia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan budaya Barat. 

Begitu tingginya kebudayaan di Asia sehingga sebagian besar agama dan kepercayaan timbulnya di benua Asia, bukan Eropa apalagi Amerika (sebut saja negara Barat). Semua tatanan dan aturan kehidupan yang terkait dengan “habluminanas” terlebih dengan “habluminallah” tercatat rapi dalam setiap langkah kehidupan manusia di Asia. 

Pintarnya orang Barat kala itu, mereka mengadopsi dan memodifikasi semua ilmu yang terlebih dahulu ditemukan dan dipelajari oleh orang Asia. Mereka plagiat yang kreatif, hasil keilmuannya dipergunakan untuk “mengerjai” dengan cara menjajah, menghisap darah demi keuntungan bangsanya, nyaris tanpa rasa belas kasihan dan perikemanusiaan. Berapa banyak negara – negara di kawasan Arab, Asia Tengah, Asia Tenggara, Asia Pasifik yang tunduk dan bertekuk lutut dengan para penjajah dari negara – negara Barat termasuk juga negara kita Indonesia , bahkan hingga saat ini secara ekonomi.

Kebangkitan Asia yang dipelopori oleh China dan India, semestinya dapat dijadikan contoh dan bahan bakar agar semangat kebangsaan kita tersulut kemudian terbakar sehingga dapat mengikuti jejak mereka dalam berubah untuk menjadi leader bukan lagi follower, berubah menjadi negara produsen bukan negara konsumen, menjadi bangsa yang mandiri yang didahului dengan sikap mau bekerja keras serta menghargai karya bangsa sendiri dengan mencintai produk dalam negeri agar devisa tidak lagi keluar secara deras demi menebus produk import yang belum tentu lebih bagus, hanya karena kita terbuai oleh manisnya bujuk rayu iklan yang menjadi pembungkusnya. 

Negeri kita kaya raya semuanya tersedia dari a sampai z, bangsa kita juga tidak bego – bego banget, hanya saja selama ini kita dibodohi oleh bangsa lain melalui “anthek – anthek” nya yaitu sesama bangsa kita sendiri yang bertopeng menjadi aparatur negara boneka Barat.

Percaya atau tidak bahwa bangsa kita bukan bangsa yang cengeng dan tidak kreatif serta bodoh seperti yang didengung – dengungkan oleh media Barat selama ini, ini hanyalah propaganda barat agar kita tetap saja minder, tidak percaya diri dan tidak mandiri. Berapa banyak pemuda – pemudi kita yang menyabet kompetisi – kompetisi sains yang diadakan barat, berapa banyak orang – orang pintar kita yang bekerja di negara – negara barat. Di daerah, berapa banyak tehnisi – tehnisi kita yang tidak pernah berbekal sekolah tinggi bahkan banyak yang berawal dari otodidak, yang dengan piawai dapat “mengakali” mesin – mesin kendaraan maupun mesin – mesin pabrik buatan luar negeri agar mesin – mesin itu tetap dapat hidup tanpa harus memakai spare part asli negara asal, tidak kalah dengan para insinyur – insinyur pembuatnya di negara asal.

Bisa tidak kita melakukan tindakan revolusi untuk tidak berhutang lagi kepada luar negeri, memakai produk sendiri, hanya mengimport seperlunya, semua bahan baku telah tersedia di sini, mau buat mobil, sepeda motor, nyedot minyak, ekploitasi tambang, pemberdayaan hutan, kembali menjadi negara agraris maritim, tenaga ahlinya sudah banyak tersedia. Apa susahnya?

Susahnya, kalau Indonesia menjadi negara yang mandiri banyak negara lain yang susah itulah penyebabnya sehingga bangsa lain berupaya secara optimal agar kita tetap menjadi follower, konsumen dan selalu bergantung.  

Mari ber-Revolusi……..

2 komentar:

FAJAR S PRAMONO mengatakan...

Bener, Mas.

Pagi tadi saja, aku baca kisah Si Didir dan Si Iron, dua anak SMA di Depok yang menjadi juara dalam ajang International Computer Project Olympiad (ICPO) 2008 dua minggu lalu, di Media Indonesia.

Miris dan ironis, karena judul artikel dan tagline di bawahnya sangat menyentuh : Didir dan Iron; Minim Dukungan, Prestasi Dunia.
Tagline di bawahnya : Orang pintar bukannya sedikit di Indonesia. Mereka hanya kurang diperhatikan.

Nah lo... sedih ngebacanya.

Semboyan "Yes We Can!" sesungguhnya tidak hanya layak untuk Obama dan pendukungnya. Semboyan itu juga milik kita!
Dan aku adalah salah satu yang percaya!

Gus-Nhanks mengatakan...

Thanks Mas, lagi sebel sama pamong praja & nayakapraja